RANS303 INDOSEVEN RANS303

Memahami Fenomena Doom Spending di Kalangan Milenial dan Gen Z

Redaksi - Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:37 WIB

Post View : 3

ILUSTRASI: Fenomena doom spending menjadi salah satu momok bagi kalangan milenial dan gen z. (BANUATERKINI/Jambiindependent)

Fenomena doom spending, atau perilaku belanja impulsif yang dipicu oleh kecemasan ekonomi, kini semakin marak di kalangan Milenial dan Gen Z. Berbeda dengan retail therapy yang bertujuan meredakan tekanan emosional pribadi, doom spending lebih berkaitan dengan ketidakpastian ekonomi global dan kecemasan akan kondisi keuangan pribadi yang semakin sulit dikendalikan.

Banuaterkini.com, JAKARTA - Generasi Milenial dan Gen Z, dua kelompok usia yang tumbuh di era digital dan sering kali menghadapi tekanan ekonomi, tampaknya lebih rentan terhadap perilaku ini.

Apa sebenarnya yang memicu doom spending di kalangan mereka, dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan keuangan serta mental?

Apa itu Doom Spending?
Doom spending adalah perilaku belanja yang dilakukan sebagai pelarian dari kekhawatiran finansial yang berkepanjangan.

Kecemasan ini muncul akibat inflasi yang melonjak, biaya hidup yang semakin tinggi, serta utang yang menumpuk.

Dalam kondisi ini, banyak Milenial dan Gen Z yang menggunakan belanja sebagai cara untuk meredakan kecemasan sementara, meskipun perilaku tersebut sering kali memperburuk kondisi finansial dalam jangka panjang.

Mengapa Milenial dan Gen Z Rentan?
Beberapa faktor membuat kedua generasi ini lebih rentan terhadap doom spending. Generasi Milenial, yang kini berusia 26 hingga 41 tahun, tumbuh dewasa di masa ketidakpastian ekonomi, seperti krisis finansial global 2008, yang meninggalkan dampak psikologis jangka panjang.

Banyak dari mereka menghadapi masalah keuangan seperti utang pendidikan dan harga properti yang tidak terjangkau, membuat mereka lebih rentan terlibat dalam pengeluaran impulsif sebagai cara menghadapi tekanan finansial.

Sementara itu, Gen Z yang lahir setelah tahun 1997 hidup dalam era digital di mana tekanan sosial dan gaya hidup konsumtif semakin menonjol di media sosial.

Platform seperti Instagram dan TikTok sering kali memamerkan gaya hidup mewah yang membuat mereka merasa harus mengikuti, meski kondisi keuangan mereka tidak mendukung.

Tekanan Sosial dan Media Sosial
Tekanan sosial juga menjadi faktor utama di balik fenomena doom spending. Bagi laki-laki, ada dorongan untuk menunjukkan status keuangan yang baik melalui pembelian barang-barang mewah, bahkan jika mereka tidak mampu.

Di sisi lain, media sosial memperkuat fenomena ini dengan mendorong Fear of Missing Out (FOMO), yaitu ketakutan tertinggal tren atau gaya hidup yang sedang populer.

Generasi Milenial dan Gen Z sering kali merasa perlu untuk menjaga citra di dunia maya dengan mengikuti tren konsumsi terbaru, meski itu berarti harus mengorbankan keuangan mereka.

Influencer dan iklan online yang masif juga memperburuk situasi, mendorong perilaku belanja impulsif tanpa memperhatikan dampak jangka panjang.

Dampak Jangka Panjang Doom Spending
Perilaku doom spending bisa berdampak negatif pada stabilitas keuangan pribadi. Meskipun belanja impulsif mungkin memberikan kepuasan sesaat, dampaknya terhadap kondisi keuangan sering kali serius.

Pengeluaran berlebihan tanpa kontrol menyebabkan utang bertambah, dan kesulitan menabung untuk kebutuhan di masa depan semakin meningkat.

Selain itu, kesehatan mental juga terpengaruh oleh doom spending. Ketika utang dan tekanan keuangan menumpuk, kecemasan finansial akan terus bertambah, menciptakan lingkaran setan yang sulit dihindari.

Semakin besar kecemasan finansial, semakin kuat dorongan untuk melakukan pembelian impulsif, yang pada akhirnya memperburuk masalah keuangan.

Cara Mengatasi Doom Spending
Ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh Milenial dan Gen Z untuk menghindari dampak negatif dari doom spending:

  1. Meningkatkan Literasi Keuangan
    Memahami cara mengelola uang dengan baik adalah kunci untuk menghindari perilaku belanja impulsif. Menyusun anggaran, menabung, dan berinvestasi harus menjadi prioritas utama.

  2. Mengurangi Paparan Media Sosial
    Batasi waktu di media sosial yang memicu keinginan untuk mengikuti gaya hidup konsumtif. Dengan mengurangi pengaruh dari iklan dan tren, generasi muda dapat lebih fokus pada kebutuhan finansial yang sebenarnya.

  3. Fokus pada Tujuan Jangka Panjang
    Mengalihkan perhatian dari kepuasan sesaat ke pencapaian tujuan keuangan jangka panjang, seperti menabung untuk membeli rumah atau investasi masa depan, bisa menjadi motivasi untuk menjaga pengeluaran tetap terkendali.

  4. Buat Rencana Keuangan yang Realistis
    Menyusun rencana keuangan dan berkomitmen untuk mengikutinya adalah cara efektif untuk menghindari doom spending. Buat daftar prioritas pengeluaran dan hindari pembelian impulsif yang tidak direncanakan.

Fenomena doom spending di kalangan Milenial dan Gen Z mencerminkan ketidakstabilan keuangan dan kecemasan yang mereka hadapi di era modern.

Meskipun belanja impulsif mungkin tampak seperti solusi jangka pendek untuk meredakan stres, dampaknya terhadap keuangan dan kesehatan mental bisa sangat merugikan.

Dengan meningkatkan literasi keuangan, mengurangi pengaruh sosial yang mendorong gaya hidup konsumtif, serta berfokus pada tujuan finansial jangka panjang, generasi muda dapat mengatasi kecenderungan doom spending dan membangun masa depan keuangan yang lebih stabil.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, kesadaran akan pentingnya pengelolaan uang yang bijak menjadi semakin krusial.

Laporan: Ariel Subarkah
Editor: Ghazali Rahman
Copyright @Banuaterkini 2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev