RANS303 INDOSEVEN RANS303

YLKI: Minuman Manis Lebih Berisiko Sebabkan Diabetes Dibanding Nasi Putih

Syahjehan Rahmah - Jumat, 30 Agustus 2024 | 10:48 WIB

Post View : 11

Ilustrasi minuman berpemanis. (BANUATERKINI/FEB UGM).

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menegaskan minuman manis memiliki risiko lebih tinggi menyebabkan diabetes tipe 2 dan obesitas dibanding nasi putih, karena mengandung gula tambahan yang langsung meningkatkan kadar gula darah tanpa manfaat gizi.

Banuaterkini.com, JAKARTA - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menegaskan minuman manis memiliki risiko lebih tinggi menyebabkan diabetes tipe 2 dan obesitas dibanding nasi putih.

“Minuman manis seperti soda atau teh kemasan mengandung gula tambahan dalam jumlah besar yang langsung meningkatkan kadar gula darah tanpa memberikan manfaat gizi,” kata Pelaksana Sementara Ketua Harian YLKI, Indah Sukmaningsih, Rabu (28/8/2024), dilansir dari Antara.

Indah menyampaikan riset YLKI menunjukkan minuman manis dan nasi putih sama-sama meningkatkan risiko diabetes, namun tingkat risikonya berbeda.

“Konsumsi rutin minuman manis dikaitkan kuat dengan peningkatan risiko obesitas dan diabetes tipe 2,” tambahnya.

Meski nasi putih memiliki indeks glikemik tinggi, Indah menyebut nasi putih tidak mengandung gula tambahan dan masih menyediakan karbohidrat sebagai sumber energi, terutama jika dikonsumsi dalam porsi wajar.

“Untuk menjaga kesehatan, pilihan yang lebih aman adalah mengurangi konsumsi keduanya, mengganti minuman manis dengan air putih atau teh tanpa gula, serta mengganti nasi putih dengan karbohidrat yang lebih sehat seperti nasi merah atau quinoa,” jelasnya.

YLKI mendorong pendekatan holistik untuk menyehatkan masyarakat Indonesia, termasuk kebijakan fiskal seperti cukai, regulasi ketat, dan kampanye edukasi.

“Cukai MBDK adalah bagian integral dari upaya tersebut yang diharapkan dapat membantu masyarakat Indonesia mengurangi konsumsi gula berlebih dan mencegah peningkatan prevalensi PTM (penyakit tidak menular) di masa depan,” ucap Indah.

YLKI juga menanggapi peta jalan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) yang menyarankan pengendalian gula, garam, dan lemak (GGL) sebagai alternatif cukai. Meski demikian, YLKI menilai kebijakan fiskal tegas tetap diperlukan.

“Argumen bahwa kontribusi minuman berpemanis terhadap total konsumsi gula nasional hanya 4 persen tidak mengurangi urgensi pengendalian produk. Sebaliknya, pengenaan cukai akan langsung mendorong produsen menyesuaikan kadar gula dalam produknya,” pungkas Indah. (Antara)

Laporan: S Sugandhi
Editor: Ghazali Rahman
Copyright @Banuaterkini 2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev