Perjuangan Bernadetha, Mimpi Jadi Desainer dan Harapan yang Tak Padam

Redaksi - Sabtu, 8 Februari 2025 | 15:16 WIB

Post View : 14

Bernadetha Maria Christy Manalu (17) dengan berani menyuarakan tuntutan kepada pihak sekolah atas kelalaian yang membuat dirinya dan 139 siswa lain gagal mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Aksinya di hadapan Wakil Kepala Sekolah SMKN 10 Medan menjadi simbol perjuangan pelajar dalam memperjuangkan hak atas pendidikan. (BANUATERKINI/Kompas.com).

Bernadetha Maria Christy Manalu (17) tak pernah menyangka bahwa harapannya untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) harus menemui rintangan besar.

Banuaterkini.com, MEDAN - Siswi Jurusan Tata Busana di SMK Negeri 10 Medan itu telah menyiapkan diri dengan penuh semangat untuk mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

Namun, kesempatan itu hilang bukan karena kurangnya usaha atau kemampuan, melainkan akibat kelalaian pihak sekolah.

"Saya ingin sekali kuliah di UNY, mau ambil jurusan Tata Busana untuk memperdalam ilmu dan jadi desainer," kata Bernadetha, matanya berbinar meski suaranya terdengar getir, seperti dikutip dari Kompas.com.

Bernadetha bukan satu-satunya yang merasakan kekecewaan ini.

Bersama 139 siswa lain yang juga kehilangan kesempatan serupa, ia berdiri tegak di lapangan basket sekolah, berani menyuarakan keresahan mereka.

Dengan seragam sekolah yang masih melekat, mereka membawa spanduk bertuliskan aspirasi dan harapan yang seolah ingin mereka pertahankan meski jalannya terasa kian sempit.

Bagi Bernadetha, kejadian ini bukan akhir dari segalanya.

Ia memilih untuk tidak tinggal diam. Bersama rekan-rekannya, ia menyampaikan tuntutan kepada pihak sekolah agar bertanggung jawab atas kelalaian yang terjadi.

Dengan suara lantang, ia berbicara bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk teman-teman yang sama-sama ingin memperjuangkan masa depan mereka.

Ketika Wakil Kepala Sekolah SMKN 10 Medan, Pehulysa Sagala, hadir untuk meminta maaf dan menjelaskan bahwa pihak sekolah tak bisa memprediksi waktu, Bernadetha maju ke depan.

Dengan berani, ia mengambil mikrofon dan menegaskan bahwa dirinya serta teman-teman mendengar pernyataan berbeda sebelumnya.

Sikapnya bukan sekadar bentuk kemarahan, tetapi juga keteguhan hati seorang remaja yang ingin memperjuangkan haknya.

Kisah Bernadetha adalah potret nyata dari perjuangan anak muda dalam menggapai pendidikan yang lebih baik.

Ini bukan sekadar tentang satu sekolah yang lalai, tetapi juga tentang bagaimana harapan, usaha, dan semangat seorang siswa tidak boleh begitu saja dipatahkan oleh kelalaian sistem.

Bernadetha tak ingin menyerah. Mimpinya tetap utuh, dan ia akan terus mencari jalan untuk mewujudkannya.

Sebab, bagi mereka yang memiliki tekad kuat, selalu ada cahaya di ujung perjalanan.

Laporan: Ariel Subarkah
Editor: Ghazali Rahman
Baca Juga :  Mahasiswa PGSD UNUKASE Praktik sebagai Pembina Pramuka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev