Home » Opini

Edukasi Lalulintas Terus, Sanksi Juga Harus

Banuaterkini.com - Rabu, 6 September 2023 | 17:18 WIB

Post View : 37

Tampak sebuah mobil berwarna putih "terjebak" di marka jalan berwarna merah, Rabu (06/09/2023). Foto: BANAUTERKINI/Diq.

Saat melintas kilometer satu menjelang depan Rumah Sakit Ulin Banjarmasin, mobil saya dipaksa berhenti. Saya pikir ada mobil ambulan yang memang harus didahulukan masuk area rumah sakit Ulin, lebih kurang 15 menitan menunggu. Sempat mengumpat di dalam hati. Tapi, saya sadar ini Banjarmasin, bukan Jakarta yang sehari-sehari bahkan berhari-hari super macetnya! Hati saya seolah berkata.

Cukup lama menunggu. Mobil depan saya bergerak perlahan. Saya pun mengikutinya pelan. 

Oalaaah mak!......rupanya "pak ogah" lagi ngatur lalulintas di putaran depan rumah sakit ulin. Ini rupanya pangkal masalah kemacetan tadi, pikir saya. Sesaat saya membatin. Kenapa tidak ditertibkan ya pengatur lalu lintas liar seperti ini? 

Salah satu penyebab kemacetan di setiap putaran balik (U-turn) di Kota Banjarmaasin adalah aksi pengatur lalu lintas liar, seperti tampak depan RSUD Ulin Banjarmasin. Foto: BANUATERKINI/Diq

Atau memang sengaja dibiarkan, karena konon penghasilan para pengatur lalulintas liar yang biasanya disebut "Pak Ogah" ini cukup menggiurkan. Penghasilannya sebulan bisa sampai sembilan belasan jutaan.

"Katanya penghasilannya dibagi tiga, satu bagian untuk "petugas lapangan" alias si Pak Ogah, satu bagian untuk koordinator yang entah siapa dia. Dan satu bagian lagi untuk aparat bersergam. Ini juga saya kurang tahu persis. Sejurus saya teringat pernah iseng bertanya tukang beca yang biasa mangkal di sekitar Rumah Sakit Ulin itu.

Tiba di Traffic Light (TL) atau lampu pengatur lalulintas Kilometer 2 selepas Duta Mall Banjarmasin. Saya berhenti. Rambu pengatur lalulintas sedang berwarna merah menyala.

Mata saya setengah melotot. Persis di depan saya. Sebuah mobil putih minibus merek salah satu produsen mobil asal Jepang."Nangkring" di marka jalan berwarna merah. Persis di depan saya. Satu dua dan bertambah banyak kendaraan roda dua juga berhenti di sekitarnya. 

Di kejauhan, saya liat seorang pengendara motor mengetuk kaca mobil itu. Dari posisi saya memang tak akan terdengar suara percakapan apa antara pengendara motor dengan orang di kemudi mobil itu.

Kaca mobil tampak dibuka perlahan. Tak lama mobil itu berusaha mundur. Tapi, tak mungkin bisa. Wong mobil saya persis  berhenti di ujung marka merah itu.

Saya baru paham. Mungkin saja si pengendara motor mengingatkan pengemudi mobil, bahwa semestinya dia berhenti sebelum marka jalan berwarna merah itu.

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev