Bubur Asyura Hangatkan Kampus UNUKASE Usai UAS

Redaksi - Rabu, 9 Juli 2025 | 22:07 WIB

Post View : 16

Mahasiswa PMTK UNU KASE terlihat kompak memasak telur dadar secara bergantian saat persiapan pembuatan Bubur Asyura dalam rangka syukuran 10 Muharam. Kegiatan ini menjadi simbol kebersamaan dan pelestarian tradisi Islam Nusantara di lingkungan kampus. (BANUAETERKINI/Humas Unukase/MPD)

Satu per satu aroma rempah mulai memenuhi ruangan. Di salah satu sudut kampus Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan (UNUKASE), sekelompok mahasiswa sibuk mengaduk adonan besar di dalam panci raksasa. Bukan sedang mengikuti praktikum, melainkan menyiapkan sajian penuh makna, Bubur Asyura.

Banuaterkini.com, GAMBUT - Momentum 10 Muharam tahun ini dimanfaatkan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika (PMTK) untuk menggelar syukuran usai Ujian Akhir Semester (UAS).

Bukan sekadar syukuran biasa, mereka mengemasnya dalam suasana religius dan kultural yang kental dengan nilai kebersamaan.

“Alhamdulillah, mahasiswa kami tidak hanya unggul di bidang akademik, tapi juga mampu melestarikan nilai tradisi. Ini sangat positif dan jadi momen penuh keberkahan,” ungkap Azis Muslim, Ketua Program Studi PMTK UNUKASE.

Dapur Kampus Jadi Simbol Kebersamaan

Kampus yang biasanya sunyi selepas ujian, kali ini berubah menjadi dapur kolektif.

Mahasiswa duduk melingkar di lantai, sebagian mengolah ayam, lainnya menyiapkan telur dadar, sambal goreng, dan sayuran.

Di pojok ruangan, bubur kental dalam panci besar diaduk bergantian oleh mahasiswa dan dosen. 

Tak sekadar masak-memasak, mereka berbagi peran dengan semangat gotong royong.

Tidak ada yang memerintah, semua bergerak bersama. Bahkan dosen pun ikut terlibat, bukan sekadar mengawasi.

“Ini tahun ketiga kami menggelar kegiatan ini. Kebetulan kali ini bertepatan dengan akhir UAS, jadi terasa lebih istimewa,” ujar Mia Fitria, dosen PMTK yang ikut sejak proses awal.

Ratusan Kotak Berisi Doa dan Cita

Setelah beberapa jam kerja kolektif, ratusan kotak bubur pun siap dibagikan.

Isinya bukan hanya olahan bahan makanan, tapi juga semangat persaudaraan, syukur, dan cinta terhadap budaya.

Di setiap kotak terdapat kombinasi pas: bubur gurih, suwiran ayam, telur iris, dan sambal khas, semuanya diracik oleh tangan mahasiswa sendiri.

“Kami senang, karena ini bukan hanya soal makanan. Tapi soal kebersamaan dan kepedulian. Ya, kegiatan positif kami sebelum libur panjang,” kata Gilang, mahasiswa PMTK yang ikut dalam proses memasak dan distribusi.

Pendidikan Karakter dalam Semangkuk Bubur

Apa yang dilakukan PMTK UNUKASE menjadi bukti bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di ruang kelas.

Nilai-nilai seperti tanggung jawab, gotong royong, dan spiritualitas justru tumbuh dalam ruang-ruang interaksi sosial seperti ini.

UNUKASE membuktikan diri bukan hanya sebagai lembaga pencetak guru matematika yang andal, tetapi juga sebagai rumah pembentuk karakter yang kuat dan cinta tradisi.

Kegiatan sederhana ini menyisakan pesan besar: tradisi bukanlah beban masa lalu, melainkan cahaya yang menghangatkan masa depan. 

Laporan: Ahmad Kusairi
Editor: Ghazali Rahman
Copyright @Banuaterkini 2025

Halaman:
Baca Juga :  Pemkab Barito Utara Jalin Kerjasama Tri Dharma PT dengan UNISKA Banjarmasin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev