Perjalanan Muhammad Zaini, pemuda asal Desa Aluh-Aluh Besar, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, menjadi salah satu bukti bahwa kerja keras dan semangat pantang menyerah mampu membawa seseorang melangkah jauh.
Banuaterkini.com, BANJAR - Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan (UNUKASE) ini terpilih untuk mewakili Indonesia dalam program prestisius Japan Friendship Ties Program: Indonesian-Japan Multicultural Society Building Exchange (JENESYS 2024), yang berlangsung di Tokyo, Jepang, mulai 27 Januari hingga 4 Februari 2025 mendatang.
Pemuda kelahiran 3 Februari 2003 ini lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, Ahmad, telah meninggal dunia, sehingga beban ekonomi keluarga bertumpu pada sang ibu, Jainah, yang bekerja di warung makan, dan kakaknya, Rudiansyah.
Namun, keterbatasan ini tidak menghalangi Zaini untuk bermimpi besar dan terus berjuang demi masa depan.
Zaini mengawali perjalanan pendidikannya dengan dukungan beasiswa Nahdlatul Ulama hingga semester lima.
Setelah itu, ia menerima beasiswa dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), yang membantunya menyelesaikan pendidikan.
"Kuliah saya dibiayai dari hasil kerja keras ibu dan kakak, serta bantuan beasiswa. Itu jadi motivasi saya untuk terus berprestasi," ungkap Zaini, kepada Banuaterkini.com, Sabtu (25/01/2024).
Meski tinggal di desa kecil yang jauh dari keramaian, Zaini aktif dalam berbagai kegiatan kampus dan organisasi.
Ia pernah menjabat sebagai Ketua English Student Association (ESA), Menteri Pendidikan BEM UNUKASE, dan terakhir, Presiden Mahasiswa UNUKASE periode 2024-2025.
Keaktifannya di organisasi inilah yang menjadi salah satu alasan ia terpilih mewakili UNUKASE dalam program JENESYS.
"Awalnya saya tidak percaya saat ditawarkan menjadi perwakilan. Ini mimpi yang bahkan tidak pernah saya bayangkan sebelumnya," ujar Zaini.
Sang ibu, Jainah, kaget sekaligus bangga saat mengetahui anaknya terpilih.
“Mama sempat bertanya, ‘Berani kah pergi sendirian?’ Tapi akhirnya beliau mendukung penuh,” cerita Zaini.
Dalam program JENESYS 2024, Zaini membawa misi penting, yaitu memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya budaya Kalimantan Selatan, kepada masyarakat Jepang.
Ia juga ingin menyampaikan nilai-nilai Islam moderat yang damai dan toleran. Sebagai wakil dari Kalsel dan Indonesia, Zaini menjadi bagian dari 16 peserta yang mewakili tiga organisasi besar yaitu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Masjid Istiqlal.
“Saya ingin menunjukkan kekayaan budaya kita, seperti kain khas Sasirangan, dan memperkenalkan Islam sebagai agama yang damai dan toleran,” kata Zaini.
Pesan tersebut selaras dengan harapan dari Rektor UNUKASE, Dr. Abrani Sulaiman, yang meminta Zaini untuk menjaga nama baik kampus dan Indonesia selama di Jepang.
Zaini mengaku bahwa pengalaman ini memberinya pandangan baru tentang cita-citanya.
Jika sebelumnya ia hanya bermimpi menjadi guru Bahasa Inggris, kini ia berharap dapat melanjutkan pendidikan S2 di luar negeri melalui jalur beasiswa.
“Semoga kesempatan ini menjadi langkah awal untuk mewujudkan mimpi tersebut,” ujarnya.
Ia juga berharap pengalaman ini dapat memotivasi mahasiswa lainnya.
"Rajinlah berorganisasi dan tingkatkan akademis. Karena lewat organisasi, kita bisa mendapatkan banyak peluang yang sebelumnya mungkin tak pernah terbayang," pesan Zaini.
Pelepasan Zaini untuk program JENESYS berlangsung pada 24 Januari 2025, di Gedung Dakwah UNUKASE.
Wakil Rektor I, Dr. Jarkawi, mengingatkan pentingnya disiplin dan ketepatan waktu selama di Jepang.
Sementara itu, Wakil Rektor II, Dr. Herita Warni, memberikan tips menghadapi musim dingin.
“Siapkan jaket tebal dan jaga kesehatan,” pesannya.
Dari Aluh-Aluh ke Tokyo, kisah inspiratif Muhammad Zaini menjadi bukti bahwa mimpi besar dapat diraih meski berasal dari latar belakang yang sederhana.
Dengan semangat, kerja keras, dan dukungan keluarga, Zaini kini membawa nama baik daerah dan kampusnya ke kancah internasional.