Sebagai umat Islam yang menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan hidup, kita tidak boleh alpa terhadap pesan moral yang beliau tinggalkan. Seorang pemimpin haruslah amanah, adil, dan jujur—sifat-sifat yang kini seolah semakin langka di pentas politik. Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa kekuasaan bukanlah alat untuk menindas, melainkan tanggung jawab besar yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dan rakyat yang dipimpin.
Oleh: MS Shiddiq *)
Saat fajar terbit pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun ini, umat Islam di seluruh penjuru dunia memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Di hari yang penuh berkah ini, kita tidak sekadar mengenang kelahiran Nabi, tetapi juga memanggil kembali keteladanan beliau yang telah menuntun umat manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Keteladanan Nabi Muhammad SAW adalah mercusuar yang seharusnya menerangi langkah setiap pemimpin, terutama di tengah kontestasi politik menuju Pilkada Serentak 2024 yang semakin mendekat.
Nabi Muhammad SAW bukan sekadar sosok pemimpin dalam arti sempit. Beliau adalah penjelmaan dari keadilan yang hidup, kebijaksanaan yang nyata, serta cinta kasih yang tak terputus. Dalam masa kepemimpinannya, beliau menunjukkan bahwa seorang pemimpin sejati bukanlah mereka yang haus kekuasaan, tetapi mereka yang mampu merasakan denyut nadi rakyatnya, yang berjuang tanpa pamrih untuk keadilan dan kesejahteraan bersama. Rasulullah memimpin dengan hati, dan itulah yang kini tampaknya mulai terlupakan oleh banyak pemimpin kita.
Mengapa kita harus merenungkan keteladanan Nabi Muhammad SAW di tengah gegap gempita politik menjelang Pilkada?
Jawabannya sederhana: karena pemimpin sejati adalah cermin dari masyarakatnya.
Ketika masyarakat memilih dengan nurani yang bersih, mengedepankan kebaikan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan, mereka akan menemukan pemimpin yang meneladani sifat-sifat Rasulullah. Kita berada di ambang momen besar bagi bangsa ini, momen ketika setiap suara yang kita berikan akan menentukan arah masa depan, bukan hanya untuk lima tahun mendatang, tetapi mungkin untuk generasi selanjutnya.
Sebagai umat Islam yang menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan hidup, kita tidak boleh alpa terhadap pesan moral yang beliau tinggalkan. Seorang pemimpin haruslah amanah, adil, dan jujur—sifat-sifat yang kini seolah semakin langka di pentas politik. Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa kekuasaan bukanlah alat untuk menindas, melainkan tanggung jawab besar yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dan rakyat yang dipimpin.