Salah satunya menyebutkan penggunaan bom yang mungkin ditanam beberapa bulan sebelumnya, sedangkan narasi lain menekankan penggunaan proyektil yang ditembakkan dari jarak jauh.
"Belum jelas bagaimana dia dibunuh dan kesimpulannya apa pun tentang hal itu akan memiliki konsekuensi serius terhadap jenis eskalasi apa yang terjadi selanjutnya dan narasi apa yang akan dihasilkan," kata Hellyer.
Kemudian ia juga menambahkan bahwa narasi terkait metode pembunuhan Haniyeh akan mempengaruhi dinamika konflik lebih lanjut antara Iran dan Israel.
"Ada perbedaan antara kedua jenis skenario ini," lanjutnya.
Pada hari Jumat (02/08/2024), ribuan orang menghadiri salat jenazah Haniyeh di Doha, Qatar. Haniyeh, yang merupakan pemimpin Hamas, dan beberapa pengawalnya, telah menjadi target serangan yang menambah ketegangan di kawasan tersebut.
Kematian Haniyeh terjadi beberapa jam setelah serangan udara Israel di Beirut, Lebanon, yang menewaskan Fuad Shukr, seorang komandan utama Hizbullah.
Serangan tersebut juga mengakibatkan tewasnya lima warga sipil Lebanon, termasuk tiga wanita dan dua anak-anak.
Sejak konflik di Gaza dimulai, kelompok-kelompok yang didukung Iran seperti Hizbullah dan Hamas telah terlibat dalam pertukaran tembakan hampir setiap hari dengan pasukan Israel.
Serangan terhadap posisi militer Israel di seberang perbatasan menjadi semakin intens, dan Iran memprediksi bahwa Hizbullah akan meningkatkan serangan ke target yang lebih dalam di wilayah Israel.
Israel mengklaim bahwa Fuad Shukr bertanggung jawab atas serangan roket yang menewaskan 12 orang di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi, serta memerintahkan serangan terhadap posisi Hizbullah.