“Kita telah terbebas dari kediktatoran,” ujarnya dengan penuh semangat.
Namun, kekacauan belum sepenuhnya mereda. Massa yang marah melancarkan serangan balas dendam terhadap sekutu Hasina.
Gedung parlemen diserbu, stasiun TV dibakar, dan patung ayah Hasina, Sheikh Mujibur Rahman, dihancurkan. Museum yang dipersembahkan kepada pahlawan kemerdekaan itu juga tidak luput dari amukan massa.
"Sudah waktunya untuk meminta pertanggungjawaban mereka atas penyiksaan," kata Kaza Ahmed, seorang pengunjuk rasa.
"Sheikh Hasina bertanggung jawab atas pembunuhan,” tambahnya lagi dengan penuh emosi.
Kantor-kantor Liga Awami di seluruh negeri dibakar dan dijarah. Beberapa bisnis dan rumah milik umat Hindu, yang dianggap dekat dengan Hasina, juga menjadi sasaran amukan massa.
Bangladesh, yang memiliki sejarah panjang kudeta, kembali berada di ambang ketidakpastian.
Michael Kugelman, direktur South Asia Institute di Wilson Center, Washington, memperingatkan bahwa kepergian Hasina akan meninggalkan kekosongan besar dan membuat negara berada di wilayah yang belum dipetakan.
“Hari-hari mendatang adalah masa yang kritis,” katanya.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menekankan pentingnya transisi yang damai, tertib, dan demokratis.