Dikatakannya, dari simulasi desain itulah nantinya akan didapat perkiraan berapa tinggi tiang dan palang penyangga yang berfungsi memegang jembatan terapung.
"Dari sini akan didapat berapa tinggi railing ramp yang aman agar tidak terbentur ketika air pasang maksimal," ujar Dosen Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat ini.
Akbar juga menambahkan, agar posisi ramp (tangga) tidak berubah jika terjadi pasang surut atau gelombang dari moda transportasi sungai seperti yang terjadi di Sungai Martapura, maka harus dibuatkan rel dan baring atau roda pada sisi ramp.
"Namun, desainnya harus menyesuaikan pada kondisi pasang maksimal, jadi bisa dibuat desain simulasi dulu baru menentukan dimensi dan penempatannya," imbuhnya.
Jika dilihat berdasarkan foto dan video yang banyak beredar, lanjut Akbar, memang kerusakannya hanya pada railing ramp saja. Namun, hal itu menunjukkan konsultan perencana belum memikirkan secara baik kondisi pasang surut air dan gelombang.
Jadi, melihat kondisi kerusakan yang ada sekarang, imbuhnya lagi, pada kondisi pasang tinggi, ramp itu bisa lepas dan berubah posisi di saat tidak adanya keseimbangan, maka akan merusak ramp dan railing-nya. Perubahan posisi ini dibuktikan railing saja yang rusak parah hanya salah satunya.
"Inilah pentingnya ketika kita mendesain, kita harus betul-betul survei lapangan, memperhatikan dengan cermat kondisi eksisting, hingga mengetahui bagaimana karakter dan kontur bibir sungai. Kemudian mendesain dengan bantuan simulasi untuk kondisi pasang surut air," pungkasnya.