Dijelaskan Helmi, kegiatan patroli memang lebih banyak dilakukan di malam hari, sebab tekanan air dalam pipa yang lebih tinggi karena mayoritas pelanggan tidak menggunakan air pada waktu tersebut.
Dengan tekanan yang tinggi, ujar dia, kebocoran lebih mudah terlihat sampai ke atas permukaan tanah.
"Saat ada kebocoran kecil, di siang hari pelanggan memakai air bersamaan, sehingga tekanan air dalam pipa itu kecil dan kebocoran tidak sampai ke permukaan tanah, pencarian akan kurang efektif," jelas Helmi.
Petugas lapangan PAM Bandarmasih, ujar dia, juga terus dilatih untuk aktif berkomunikasi dengan warga sekitar.
Tidak jarang pula, lanjut Helmi, warga sendiri lebih mengetahui lingkungan sekitarnya, sehingga terkadang mereka memberikan informasi kepada petugas yang melakukan patroli.
"Mereka bisa memberi tahu, Pak di sana ada bocor sepertinya, kalau siang ada terlihat meresap di aspal padahal tidak ada hujan, artinya ada kebocoran. Tetapi air tidak keluar ke permukaan sehingga petugas akan kembali lagi pada malam hari untuk memastikan, biasanya betul terbukti memang ada pipa bocor" ungkapnya.
Helmi juga menjelaskan, jika indikasi kebocoran ada di dalam komplek, biasanya petugas akan meminta ijin langsung dengan bagian keamanan.
Namun, jika di dalam perumahan yang bersifat perkampungan akan lebih sulit jika harus mencari RT terkait.
"Ada istilah DMA atau Distrik Meter Area yang mana biasanya terdiri dari beberapa RT, sehingga akan kesulitan jika kami mendatangi RT-RT terkait. Biasanya kami ijin sekaligus menginformasikan dengan warga yang kami temui di pos ronda ataupun yang berpapasan di jalan sekitar lokasi," jelasnya.
Dengan adanya kegiatan patroli di lapangan yang dilakukan di malam hari, Helmi menyarankan kepada pelanggan apabila memiliki kecurigaan dengan petugas di lapangan bisa langsung meminta untuk memperlihatkan surat tugas yang bersangkutan.