RANS303 INDOSEVEN RANS303

Kisah Kontroversi dan Spritual Ulama Banjar Datu Abulung

Redaksi - Minggu, 7 Juli 2024 | 19:59 WIB

Post View : 47

Kisah Misris dan Spritual Datu Abulung di Sungai Batang Martapura. BANUATERKINI/Wikipedia.

Dikutip dari Biografi Ulama Nusantara yang ditulis (Rizem, 2016: 56–66) diceritakan, bahwa Syeikh Abdul Hamid Abulung atau Datu Abulung memiliki paham tasawuf Wahdatul Wujud.

Pandangan tasawuf yang dianutnya dipengaruhi aliran ittiihad Abu Yazid Al-Busthami dan Al-Hallaj yang masuk ke Indonesia melalui Hamzah Fansuri, Syamsuddin Al-Sumatrani dan Syekh Siti Jenar.

Kesempatan Syekh Abdul Hamid dalam mengembangkan ajaran wujudiyyah mulai mendapatkan sandungan ketika tersiar sampai ke telinga Sultan Tahmidillah dan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari bahwa ajaran yang dibawanya dianggap meresahkan masyarakat.

Diceritakan, Abdul Hamid mengajarkan orang-orang bahwa tidak ada wujud kecuali Allah. Tidak ada Abdul Hamid kecuali Allah; Dialah aku dan akulah Dia. Syekh Muhammad Arsyad sebagai penganut ajaran Syekh Muhammad bin Abdul Karim Al-Sammani Al-Madani guru dari tokoh-tokoh Tarekat Samaniyah Nusantara tidak sepakat dengan pemikiran wujudiyyah-nya Syekh Abdul Hamid dan bahkan menganggapnya musyrik.

Akibat dari pemikirannya itu, Syekh Abdul Hamid Abulung berakhir hidupnya di tangan para algojo Kesultanan Banjar. Ia dihukum mati oleh keputusan Sultan Tahmidillah, atas pertimbangan Syekh Muhammad Arsyad, yang waktu itu menjabat sebagai mufti besar. Ia dimakamkan di Kampung Abulung Sungai Batang Martapura.

Keturunan

Tidak banyak informasi atau catatan tertulis yang mengisahkan tentang keluarga Datu Abulung. Namun, dari cerita rakyat yang berkembang mengisahkan bahwa beliau berasal dari keluarga yang taat beragama dan memiliki garis keturunan ulama.

Datu Abulung dikenal memiliki beberapa anak, tetapi informasi spesifik tentang mereka tidak banyak diketahui.

Anak-anak dan cucu-cucu Datu Abulung diduga melanjutkan warisan spiritual dan keagamaan beliau. Mereka kemungkinan besar menjadi penerus ajaran Islam yang diajarkan oleh Datu Abulung dan tetap menjadi panutan masyarakat setempat.

Hingga saat ini, keturunan Datu Abulung masih diyakini hidup di Kalimantan Selatan, meskipun nama dan identitas spesifik mereka jarang disebut dalam cerita rakyat.

Masjid Jami Datu Abulung

Dijelaskan Abdul Baqir Zein (1999) dalam buku Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia, Masjid ABulung adalah mesjid yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Tahmidullah II yang memerintah periode 1761-1801. Ia membangun Masjid Jami Syekh Abdul Hamid Abulung sebagai bentuk penebusan dosa karena telah memerintahkan para algojo raja untuk mengeksekusi Datu Abulung.

Warisan Spiritual

Halaman:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev