Saat ditanya terkait pernyataan Anggota DPR RI, Rifki Nizhami Karsayuda yang pernah menyatakan bahwa isu pemekaran Gambut Raya merupakan kebohongan, Shiddiq enggan menanggapinya.
Ditegaskan Shiddiq, bahwa pernyatan itu memang terlalu tendensius, meskipun sebenarnya dirinya bisa memahami konteks orang yang menyatakan itu.
Diakui Shiddiq, pernyatan Rifqi itu tidak seluruhnya salah, tetapi juga tidak semuanya benar. Apalagi, lanjut dia, jika dihubungkan dengan cara dia menyampaikan dengan mengatakan bahwa pernyataan tokoh Pemekaran Kabupaten Gambut Raya itu "mangaramputi" atau kebohongan semata, itu semasekali keliru.
Rifqi, imbuh Shiddiq, mungkin sedang bermain retorika, dan itu sah-sah saja di ranah publik apalagi dalam kapasitasnya saat itu sebagai anggota DPR RI yang kental nuansa politiknya.
Tetapi, harus diingatkan, saat Rifqi menyatakan hal itu dia belum pernah sama sekali bertemu dengan Panitia Pemekaran Kabupaten Gambut Raya, sehingga pernyataannya itu juga pernyataan kosong semata.
Dia, ungkap Shiddiq yang juga Doktor Komunikasi Politik UIPM Malaysia ini, tak memiliki data. Dan pengetahuan dia tentang proses yang sudah dan sedang dilakukan seluruh tim Panitia Pemekarang sama sekali tidak ada.
"Kalo saya sih gak terlalu ambil pusing, wong yang ngomong juga gak punya data," singgung Shiddiq lagi.
Sejak awal, aku dia, dirinya sudah membaca bahwa pernyataan Rifqi soal Pemekaran Gambut Raya itu sebuah kebohongan adalah upaya sensasional untuk mencari popularitas untuk dirinya saja.
Dalam teori Agenda Setting, ujar pakar komunikasi politik ini, apa yang dilakukan Rifqi tidak lain adalah sebuah upaya memdapatkan perhatian publik dengan cara-cara tertentu termasuk membuat pernyataan yang mengundang reaksi berantai publik.
Dan, teman-teman di Panitia Pemekaran memahami situasi itu. Makanya, kata Shiddiq, panitia pemekaran sama sekali tidak terpengaruh dengan dagelan ala Rifqi itu.