Ditambahkannya, ada beberapa jenis program yang sudah disiapkan. Pertama, adalah bantuan Bantuan Keluarga atau Jaminan Hidup (Jadup).
Jadup adalah bantuan kebutuhan hidup sehari-hari berupa uang sekitar Rp 2 juta pada rencana pelaksanaan tahun 2023 dan senilai Rp 3 juta pada tahun 2024 yang dilangsungkan satu kali pertahunnya.
"Bantuan Jadup pada tahun 2024 ada sebanyak 900 data ekstrem dan ada 34 data stunting miskin (DTKS) yang diusulkan," papar dia.
Program yang lain adalah Rehabilitasi Rumah Tidak Layah Huni (RTLH) tahun 2023-2024 dengan rencana bantuan sekitar maksimal Rp 35 juta tergantung kondisi rumah.
Ada lagi program Usaha Ekonomi Produktif (UEP) tahun 2023-2024, program ini khusus untuk warga yang terdata kemiskinan ekstrem yaitu penyaluran bantuan sekitar Rp 5 juta.
"Program yang terakhir adalah Permakanan Lansia dan Permakanan Disabilitas akan diintervensi Dinsos, bantuan akan segera disalurkan berkisar Rp 247.600,- per jiwa untuk warga yang benar-benar tidak mampu/miskin yang tidak berpotensial ada usaha lain," imbuh dia.
Menurut Basuni, pemberantasan kemiskinan ekstrem dan stunting di daerah merupakan tanggungjawab yang diemban bersama, sehingga tugas harus dilaksanakan sebaik mungkin.
Diungkapkannya, pada kasus stunting hampir 80 persen di dalamnya merupakan warga mampu dan pegawai, sedikit sekali yang tergolong miskin karena kasus stunting ini.
“Mari kita bersama-sama menyelesaikan dan mempercepat pengentasan kemiskinan dan stunting ini,” pungkas Basuni. (Fit)