Oleh sebab itu, lanjutnya, maka konsep birokrasi masa depan adalah bagaimana caranya memberdayakan masyarakat agar memiliki kemampuan mengelola dirinya dalam rangka melibatkan diri dalam proses pembangunan.
"Jadi ke depan, setiap orang diberikan pemahaman bagaimana caranya menjaga hidup supaya sehat, berperilaku sehat, makan makanan sehat. Artinya, orang ke rumah sakit sebagai pilihan terakhir," tegasnya.
Sementara itu, pembicara lainnya dari FISIP Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari (Uniska MAB) Banjarmasin, MS Shiddiq Ph.D yang tampil dengan materi berjudul "Mewirausahakan Birokrasi: Tantangan Pemerintahan di Era Disrupsi", menambahkan bahwa model birokrasi ke depan adalah birokrasi digital.
Menurutnya, revolusi industri 4.0 mengharuskan seluruh komponen birokrasi bisa mendayagunakan potensi teknologi informasi dan komunikasi sebagai instrumen pemerintahan.
"Mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan, menurut konsep birokrat masa depan yang bergaya wirausaha bisa dilaksanakan secara digital," ujar Shiddiq.
Dia juga menegaskan, di era VUCA yang tantangannya mengharuskan birokrasi bisa bertransformasi secara cepat menyesuaikan dengan kondisi terbaru masyarakat.
Meskipun demikian, Shiddiq juga mengingatkan, agar birokrasi tidak sekedar latah menggunakan teknologi digital dalam melaksanakan pemerintahan dengan mengbaikan nilai-nilai kearifan lokal.
Dikatakan Shiddiq, kearifan lokal menjadi basis moral yang membuat birokrasi tidak seperti robot yang bekerja tanpa hati, tetapi menjadikan teknologi sebagai instrumen mempercepat proses birokrasi.
"Harapannya, teknologi digital memperkuat birokrasi menjadi semakin cepat, tetapi tak meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal," pungkasnya.
Selain Prof V Rudi Handoko dan MS Shiddiq Ph.D, tampil pula dalam kegiatan seminar nasional tersebut sebagai pembicara Prof Agus Sholahuddin dari Universitas Merdeka Malang dan Dekan FISIP Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda, Dr H Abdul Rofik.