RANS303 INDOSEVEN RANS303

Home » Kolom

Buya Syafii Maarif, Sang Matahari yang Bersinar Tanpa Pilih Kasih

Redaksi - Jumat, 27 Mei 2022 | 10:01 WIB

Post View : 6

Almarhum Prof Dr. Ahmad Syafii Maarif. @djawanews.

"Bertindaklah seperti matahari yang memberikan sinarnya untuk seluruh mahluk, tanpa pilih kasih." (Buya Syafii Maarif kepada Swari Utami Dewi, 31/05/2021).

Oleh: Swary Utami Dewi

(Wasekjen Satupena, Pegiat Aksi Literasi, Perubahan Iklim dan Perhutanan Sosial)

Dimulai dari buku karya seorang penulis kawakan Mesir, Naguib Mahfouz: Sang Pengembara. Saat itu, aku sedang duduk di lounge Garuda, menunggu waktu boarding ke Banjarmasin. Seingatku, itu terjadi pada tahun 2004 atau 2005. Saking asyiknya, aku tidak memperhatikan orang-orang di sekitarku, terus fokus membaca.

Seorang lelaki yang ternyata duduk tepat di depan mejaku, menegur perlahan. "Oh, Anda membaca buku bagus itu," ujarnya. Aku menoleh dan sedikit membelalakkan mata. Takut keliru melihat.

Benar, ternyata lelaki itu memang Buya Syafii Ma'arif. Tokoh setenar itu menyapaku karena buku yang kubaca. Kami pun berbincang sesaat. Tentang apa yang kulakukan dan tentang Kalimantan. Lalu aku meminta nomor beliau, yang dituliskannya di secarik kertas kecil.

Di situlah awal aku mengenal Buya Syafii Maarif. Sejak pertama bertemu, Buya mengenalku sebagai Tami, atau terkadang Tami dari Kalimantan. Aku lumayan sering menyapa beliau melalui telepon selulerku. Sesudah ada telepon pintar, nampaknya juga Buya beralih menggunakan WhatsApp (WA). Dan kemudian aku sesekali berkomunikasi via WA untuk menanyakan kabar, minta pendapat. Aku juga cukup rajin mengucapkan selamat ulang tahun kepada beliau (setiap 31 Mei), juga mengucapkan selamat Ramadhan atau Idul Fitri.

Meski kadang terlambat, Buya hampir selalu berkenan membalas WA-ku. Aku terkadang menanyakan isu-isu hangat di tanah air. Pernah aku bingung melihat kondisi politik di Indonesia, lalu menulis WA ke beliau. Buya menjawab singkat, "Terus saja Tami. Jangan pedulikan politik."

Ndilalah, tanpa sengaja aku bertemu Buya di Bandara Yogyakarta pada 26 Januari 2017. Aku kembali menyatakan kegelisahanku melihat kondisi negeri ini. Saran beliau tetap sama, "Tidak usah pusing memikirkan politik. Jalan saja terus." Aku merenung mencermati perkataan beliau tersebut.

Saat Buya berulang tahun 31 Mei 2020, aku khusus membuatkan tulisan berjudul "Sang Negarawan". Tulisan itu merupakan kesanku tentang sosok Buya yang bagiku merupakan negarawan sejati. Tulisan tersebut masuk ke media online dengan link sebagai berikut: https://m.nusakini.com/news/sang-negarawan

Saat aku dan Bang Syaefudin Simon menyusun dan mengedit kumpulan tulisan tentang Arief Budiman (alm.) pada 2020 dan menjadikannya buku berjudul Idealisme & Kearifan Arief Budiman, Buya berkenan memberikan endorsement singkat yang dicantumkan di kuping belakang sampul buku tersebut. Dukungan ini sangat membesarkan hati.

Lalu, pada 31 Mei 2021, Buya Syafii Maarif berusia 86 tahun. Aku memberikan ucapan dan doa via WA. Buya membalas singkat terima kasih. Namun, beliau juga menuliskan sesuatu yang bermakna bagiku, "Bertindaklah seperti matahari yang memberikan sinarnya untuk seluruh mahluk, tanpa pilih kasih." Aku lalu memasukkan ucapan tersebut ke FB-ku.

Hari ini, 27 Mei 2022, Allah memanggil Buya pulang. Innalilahi wainna ilaihi raji'un. Aku menitikkan air mata, lalu mengingat kembali beberapa hal istimewa (bagiku) tentang Buya, terutama pesan-pesannya. Aku sadar, tidak akan ada lagi WA-ku pada ulang tahun beliau, pada 31 Mei 2022 nanti. Namun Buya akan selalu kuingat lekat sebagai sosok negarawan yang sangat baik dan rendah hati. Buya sejatinya memang sosok "matahari". Sosok yang memberikan sinarnya untuk seluruh mahluk, tanpa pilih kasih - persis yang pernah dipesankannya untukku.

Selamat kembali ke pangkuan Ilahi, Buya. Al Fatihah.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev