Pada penundaan pertama sekitar pukul 15.35 WITA, penumpang hanya menerima snack berupa biskuit.
Sementara pada penundaan kedua hingga pukul 17.35 WITA, maskapai baru memberikan nasi kotak.
Padahal, keterlambatan lebih dari tiga jam seharusnya diikuti dengan penyediaan makanan berat, opsi pemindahan ke penerbangan berikutnya, atau pengembalian uang tiket (refund).
Minimnya komunikasi dari pihak maskapai memperburuk situasi di bandara.
Banyak penumpang yang merasa kecewa karena tidak mendapatkan penjelasan memadai tentang penyebab keterlambatan, apalagi mengingat jeda waktu yang sangat lama.
Kejadian ini kembali menyoroti pentingnya peningkatan pelayanan dalam industri penerbangan, terutama di tengah persaingan harga tiket yang semakin kompetitif.
Harga yang lebih terjangkau seharusnya tidak mengorbankan kenyamanan dan hak penumpang.
Insiden ini diharapkan menjadi evaluasi bagi maskapai untuk memperbaiki pelayanan dan memastikan kejadian serupa tidak terulang.
Bandara Syamsuddin Noor sebagai salah satu gerbang utama transportasi udara di Kalimantan Selatan menghadapi lonjakan jumlah penumpang setiap musim liburan.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang memilih moda transportasi udara, standar pelayanan yang tinggi menjadi tuntutan utama.