Era disrupsi mendatangkan banyak tantangan, tak terkecuali bagi Serikat Media Siber Indonesia (SMSI). Di usianya yang ke-7, organisasi para pemilik media siber seluruh Indonesia ini tak hanya dihadapkan dengan tantangan dunia digital yang terus bertumbuh cepat, juga dihadapkan dengan kebijakan yang tak berpihak padanya.
Jakarta, Banuaterkini.com - SMSI berdiri pada 2017 di tengah badai disrupsi teknologi dan perubahan sosial yang mengguncang dunia pers.
Dalam upaya menyongsong masa depan yang penuh tantangan, SMSI telah bertransformasi menjadi pemain utama dalam industri media siber.
Melalui adaptasi dan inovasi teknologi baru, SMSI kemudian menggandeng media siber rintisan anggotanya serta platform Siberindo.co sebagai news room bersama.
Dukungan dari jaringan media Cyber Network (CYN) dan kehadiran Millennials Cyber Media (MCM) di tiap daerah, seperti yang diresmikan dalam Rapat Kerja Nasional SMSI di Jakarta pada 7-8 Desember 2021, memberi kekuatan tambahan bagi perusahaan pers siber di bawah naungan SMSI.
Sinergi internal antara anggota dan pengurus SMSI serta kerja sama dengan pihak eksternal seperti Bukit Algoritma di bawah kepemimpinan Budiman Sudjatmiko, menjadi landasan kokoh dalam menjalankan misi bersama.
"SMSI adalah Indonesia mini. Merangkul semua yang bersedia diajak bekerjasama untuk kebaikan dan kemajuan bersama, kemajuan Indonesia," kata Ketua Umum SMSI, Firdaus, dalam kesimpulan Rapat Kerja Nasional di Jakarta, Kamis (07/03/2024).
Dukungan dari lebih 2.000 perusahaan media siber yang tergabung dalam SMSI menjadi bukti nyata kepercayaan industri terhadap peran SMSI dalam menggelindingkan roda organisasi di seluruh negeri.
SMSI lahir antara lain dibidani oleh Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Atal S Depari bersama Sekretaris Jenderal PWI Pusat Mirza Zulhadi dan Ketua PWI Provinsi Banten Firdaus yang kemudian menjadi Ketua Bidang Organisasi PWI Pusat.