"Siang dan malam kami kayuh sepeda, terkadang hanya tidur 2-4 jam sehari. Kalau lapar, kami mampir di warung pinggir jalan. Kalau mengantuk, kami istirahat di tempat yang memungkinkan," tutur Chandra.
Dituturkan, untuk menghemat biaya saat lapar mereka terkadang singgah di warung pinggir jalan. Begitu pula saat lelah dan kantuk menerjang, mereka singgah di langgar atau masjid yang dilewati atau tempat-tempat yang memungkinkan untuk sekedar melepas lelah.
Meskipun pernah sesekali mendapati Masjid dan Langgar yang terkunci di sepanjang pulau Jawa, tetapi tidak sedikit yang baik hati mempersilahkan untuk shalat dan mandi di sarana masjid.
Meskipun demikian, perjalanan mereka tidak selalu penuh kesulitan.
Di berbagai daerah, mereka disambut oleh pengurus KBB setempat yang memberikan dukungan moral dan logistik.
"Alhamdulillah, banyak kemudahan sepanjang perjalanan ini. Sambutan di Surabaya oleh PW KBB Jawa Timur sangat membantu," tambah Abdul Razak.
Semangat Bubuhan Banjar Melintas Batas
Sekjen PP KBB se Dunia, Datuk Taufik Arbain, mengapresiasi semangat Abdul Razak dan Chandra yang dianggap mencerminkan spirit keberagamaan masyarakat Banjar.
"Ini adalah bagian dari misi silaturahmi KBB. Perjalanan mereka mengingatkan kita pada semangat para datu-datu Bahari yang dikenal sebagai penjelajah tangguh," ujarnya.
Taufik juga menambahkan bahwa koordinasi dengan pengurus KBB di berbagai wilayah dilakukan untuk mendukung perjalanan unik ini.