Satriwan mengusulkan opsi modifikasi jadwal belajar.
“Misalnya, kurangi durasi jam pelajaran, ubah jadwal masuk lebih siang, atau adakan program Pesantren Ramadan,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya mempertimbangkan hak siswa non-Muslim agar tetap mendapatkan layanan pendidikan selama Ramadan.
Masyarakat pun memberikan usulan beragam, mulai dari libur penuh selama satu bulan hingga kombinasi jadwal belajar yang lebih fleksibel.
Pengumuman resmi terkait kebijakan ini diharapkan segera dilakukan usai Menteri Agama kembali dari Tanah Suci.