Dalam operasionalnya, NV Handel Maatschappij Oentjeng menggunakan armada dari NV Nederlandshe Lloyd Ongevallen. Sebagai badan hukum Naamloze Vennootschap (NV), perusahaan ini menjalankan usaha dengan modal berupa saham-saham.
Pada periode 1930-1950, penyimpanan barang dan gudang terletak di pinggir sungai, namun masih belum teratur. Sebagian besar milik NV Borneo Sumatra Handelmaatschappij (Borsumij), perusahaan perdagangan Belanda yang berbasis di Den Haag.
“Selain dari Belanda, perusahaan asing yang beroperasi di Banjarmasin juga berasal dari Arab dan Cina. Pelabuhan Banjarmasin menjadi pusat transit dagang ke Barito, daerah dusun, dan hulu sungai,” jelas Mansyur.
Dikatakan, Firma dari Cina, dengan kapal tenaga uap berkekuatan 800 ton bruto, melakukan pelayaran rutin dari Banjarmasin ke Singapura setiap dua minggu.
Sejak tahun 1935, Banjarmasin juga menjadi lokasi perwakilan dari berbagai perusahaan dagang Eropa, seperti de Borneo Sumatera Maatschappij, Carl Schlieper, Lindeteves, Geo Wehry, Jacobson van den Berg, Internatio, Tels & Co, dan Firma Watson & Co milik Maclame Watson.
Dengan jejak sejarah yang mendalam dan arsitektur yang mencerminkan masa lalu kolonial, NV Handel Maatschappij Oentjeng tetap menjadi bagian penting dari warisan sejarah Banjarmasin.
“Di antaranya de Borneo Sumatera Matschappij, Carl Schlieper, Lindeteves, Geo Wehry, Jacobson van den Berg, Internatio, Tels & Co, dan Firma Watson & Co milik Maclame Watson,” pungkas Mansyur.