Proses evakuasi korban banjir dan tanah longsor di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, menghadapi kendala besar akibat sejumlah ruas jalan yang terputus. Material tanah longsor bercampur bebatuan dan pohon tumbang menghambat akses menuju lokasi terdampak bencana.
Banuaterkini.com, DELI SERDANG - Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Deli Serdang, Agus Salim Pane, mengungkapkan bahwa setidaknya 40.206 jiwa atau 9.233 kepala keluarga memerlukan bantuan segera. Para korban tersebar di 11 kecamatan terdampak, termasuk Namborame, Bangun Purba, Hamparan Perak, Labuan Deli, Batang Kuis, dan Sunggal.
“Kami menghadapi kesulitan besar karena jalan penghubung selintasan dengan Jalan Medan–Berastagi terputus. Alat berat sudah dikerahkan, tetapi jumlahnya belum cukup untuk mempercepat pembersihan akses,” jelas Agus dalam siaran daring Teropong Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (28/11/2024).
Dikutip dari Antara, selain alat berat, BPBD Deli Serdang juga mendesak tambahan mobil operasional untuk mengangkut warga dari lokasi terdampak ke tempat pengungsian.
Kebutuhan ini sangat mendesak di Kecamatan Sunggal, wilayah terdampak paling parah, di mana empat rumah dan satu gereja dilaporkan rata dengan tanah akibat longsor.
Bencana banjir pada 23 November 2024, disusul tanah longsor tiga hari kemudian, mengakibatkan kerugian besar.
Hingga saat ini, empat orang dinyatakan meninggal, sementara dua orang masih hilang dan dalam pencarian. Sebanyak 18 korban luka-luka telah dievakuasi ke RSUD Adam Malik untuk mendapatkan perawatan intensif.
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah membuka posko pengungsian di sejumlah lokasi aman, seperti sekolah dan rumah ibadah. Namun, proses evakuasi warga dari daerah terdampak ke posko ini terkendala akses jalan yang tertutup material longsor.
Petugas gabungan yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan terus berupaya membersihkan jalan dan membantu distribusi bantuan. Namun, keterbatasan alat berat dan kendaraan membuat evakuasi berjalan lambat.
Agus Pane meminta dukungan lebih dari berbagai pihak untuk membantu proses evakuasi dan pemulihan.
"Kami membutuhkan lebih banyak alat berat dan kendaraan untuk mempercepat evakuasi. Situasi ini adalah krisis, dan respons cepat sangat diperlukan," katanya.
Kecamatan Sunggal menjadi pusat perhatian karena dampaknya yang paling parah. Selain kerusakan infrastruktur, wilayah ini juga melaporkan kehilangan tempat tinggal warga dalam jumlah besar.
Bencana ini kembali mengingatkan pentingnya mitigasi bencana dan penanganan infrastruktur yang lebih tanggap.
Dengan ribuan jiwa terdampak, upaya pemulihan yang lebih cepat menjadi kebutuhan mendesak untuk mencegah dampak lebih buruk.
Bantuan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Sosial dan tim kesehatan dari Pemkab Deli Serdang, sudah mulai tiba di lokasi.
Namun, dengan skala bencana yang besar, perhatian lebih dari pemerintah pusat dan instansi terkait sangat diperlukan untuk mempercepat proses pemulihan.
Bencana di Deli Serdang ini adalah pengingat nyata bahwa tantangan besar masih ada dalam penanganan bencana di Indonesia, terutama pada wilayah dengan akses infrastruktur terbatas.
Akankah tragedi ini menjadi pemicu perubahan, atau hanya menjadi bagian dari daftar panjang krisis bencana? Warga Deli Serdang berharap jawabannya datang secepat mungkin.