Home » Opini

Bamandi-mandi, Nilai Spritualitas dalam Kearifan Budaya ‘Pangantin’ Banjar

Redaksi - Senin, 20 November 2023 | 06:42 WIB

Post View : 100

Proses calon pengantin sedang melakukan ritual Bamandi-mandi. Foto: BANUATERKINI/Rahmat Firdaus.

Peristiwa yang sering terjadi seperti calon pengantin bisa kesurupan atau si calon pengantin tiba-tiba tanpa alasan menjadi sakit dan lain sebagainya. Melalui penyediaan piduduk dianggap bisa menghindarkan dari sesuatu yang tidak diinginkan. Jika salah satu piduduk yang digunakan tersebut ada yang tertinggal maka akan mengurangi makna dan syarat tersebut karena itu, kepercayaan tersebut tidak mudah hilang dalam suatu acara.

Makna dalam mandi pengantin

Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan pada saat ritual bemandi-mandi. Foto: BANUATERKINI?Rahmat Firdaus.

Mandi pengantin biasanya dilakukan oleh 3 orang yang secara bergantian. Namun jumlah penyiraman dalam mandi pengantin tersebut harus ganjil 3, 5, atau 7 dan biasanya yang sering dilakukan yaitu 3 kali penyiraman secara bergantian. Prosesi mandi pengantin yaitu yang pertama dilakukan siraman dari bahu sebelah kanan, lalu sebelah kiri, dan kepala diteruskan keseluruh tubuh sebanyak 3 kali secara bergantian dan pada saat penyiraman diiringi dengan salawat yang bertujuan agar calon pengantin selalu dilindungi dan di lancarkan setiap urusannya.

Sebelum mandi pengantin, pemandi-mandi pengantin menyiapkan gayung yang digunakan untuk mengambil air dari baskom yang sudah diberi air doa dan bunga.  Kemudian air tersebut disiramkan kepengantin secara bergantian sebanyak 3 kali dari tangan sebelah kanan lalu kiri selanjutnya kepala dan diteruskan keseluruh tubuh sebanyak 3 kali secara bergantian. Pada saat penyiramaan diiringi dengan pembacaan salawat agar segala sesuatu yang dilakukan diberikan keselamatan.

Dalam prosesi ini pengantin harus menggunakan sarung baru. Setelah prosesi mandi pengantin selesai, sarung yang digunakan calon pengantin pada saat prosesi mandi pengantin tersebut dilempar ke atas atap rumah. Setelah beberapa hari sarung yang di lempar ke atas rumah diambil dan diberikan kepada pemandi-mandi pengantin.

Melalui ritual bemandi-mandi, adat Banjar menunjukkan bahwa kekayaan budaya dan spiritualnya yang mendalam. Tradisi ini tidak hanya merupakan ungkapan dari nilai-nilai kearifan lokal, tetapi juga merupakan simbol dari kesucian hubungan antara manusia dan alam, serta antara sesama manusia.

Dengan menjaga dan merayakan ritual bemandi-mandi adat Banjar, masyarakat setempat tidak hanya memelihara warisan nenek moyang mereka, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai tentang kesucian, kerendahan hati, dan kebersamaan kepada generasi muda. Ini adalah peringatan yang indah tentang kekuatan budaya yang bersatu dalam menciptakan kehidupan yang harmonis dan penuh makna.

*Rahmat Firdaus, adalah Masiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari.

Halaman:
Baca Juga :  Visi Pemimpin Baru, Transformasi Menuju Kotabaru SMART 2045

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev