Keberhasilan Prof Udiansyah mendirikan Akademi Komunitas Peternakan Jorong (AKPJ) tanpa memungut biaya telah membuka mata banyak pihak bahwa pendidikan gratis bukanlah sekadar angan-angan.
Oleh: MS Shiddiq *)
Di tengah mahalnya biaya pendidikan tinggi di Indonesia, sosok Prof. Udiansyah hadir dengan solusi nyata yang mengedepankan aksesibilitas dan keberlanjutan pendidikan, khususnya bagi masyarakat kurang mampu. Melalui model pendidikan berbasis praktis dan pemberdayaan, ia membuktikan bahwa pendidikan tinggi dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat tanpa memandang status ekonomi.
Pendidikan Gratis di Tengah Tantangan
Isu pendidikan gratis sering kali terdengar dalam diskusi kebijakan, tetapi jarang terealisasi di tingkat implementasi. Di Indonesia, biaya pendidikan tinggi cenderung mahal, sehingga menyulitkan banyak mahasiswa untuk melanjutkan studi. Tidak sedikit yang harus putus kuliah karena ketidakmampuan finansial, meskipun memiliki potensi akademik yang luar biasa.
Menurut laporan Bank Dunia (2022), hanya sekitar 36% lulusan SMA di Indonesia yang mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sementara sisanya terkendala biaya dan akses.
Di sinilah Prof. Udiansyah menghadirkan solusi konkret. Melalui AKPJ, ia tidak hanya menggratiskan biaya kuliah, tetapi juga memberikan fasilitas asrama, konsumsi, hingga program pembelajaran berbasis praktik.
Konsep ini memungkinkan mahasiswa untuk belajar sambil bekerja dan menghasilkan nilai ekonomi dari pembelajaran mereka.
Model pendidikan seperti ini sejalan dengan pemikiran Paulo Freire, seorang filsuf pendidikan, yang dalam bukunya Pedagogy of the Oppressed menekankan pentingnya pendidikan yang membebaskan dan memberdayakan. "Pendidikan harus menjadi alat untuk emansipasi, bukan alat untuk mengekang," tulis Freire.
Kolaborasi Belajar dan Kerja
AKPJ yang didirikan oleh Prof. Udiansyah mengusung konsep "Kuliah, Kerja, Kerja". Setiap mahasiswa diwajibkan untuk memelihara minimal 10 ekor sapi sebagai bagian dari program pembelajaran.
Selain mendapatkan keterampilan praktis di bidang peternakan, mahasiswa juga memperoleh pengalaman langsung yang relevan dengan dunia kerja. Ini tidak hanya menjadikan mahasiswa siap kerja setelah lulus, tetapi juga memberikan dampak ekonomi langsung kepada komunitas di sekitar mereka.
“Jika kita ingin memutus rantai kemiskinan, kita harus memulai dari pendidikan,” ujar Prof. Udiansyah dalam sebuah wawancara. “Namun, pendidikan itu harus relevan dengan kebutuhan masyarakat dan mampu memberikan keterampilan nyata.”
Belajar dari Negara Lain
Apa yang dilakukan Prof. Udiansyah juga memiliki kemiripan dengan model pendidikan gratis di negara-negara seperti Jerman dan Finlandia.
Di Jerman, pendidikan tinggi di universitas negeri tidak memungut biaya kuliah, bahkan bagi mahasiswa internasional. Pemerintah Jerman meyakini bahwa pendidikan adalah investasi sosial yang harus dijamin aksesnya untuk semua orang. Hal serupa juga diterapkan di Finlandia, di mana pendidikan tinggi tidak hanya gratis tetapi juga dilengkapi dengan subsidi biaya hidup bagi mahasiswa.
Model pendidikan di negara-negara ini menunjukkan bahwa pendidikan gratis bukan sekadar kebijakan idealis, tetapi merupakan langkah strategis untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan produktif. Kebijakan seperti ini selaras dengan amanat Pasal 31 UUD 1945 yang menyatakan bahwa "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan" dan bahwa pemerintah wajib membiayai pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
Pendidikan Gratis sebagai Investasi Bangsa
Keberhasilan AKPJ membuktikan bahwa pendidikan gratis dapat diterapkan, bahkan dalam skala kecil dengan sumber daya yang terbatas. Hal ini mengingatkan kita bahwa pendidikan tidak seharusnya menjadi barang mewah yang hanya bisa diakses oleh mereka yang mampu. Sebaliknya, pendidikan adalah hak dasar yang harus dijamin oleh negara.
Teori Human Capital yang dikembangkan oleh Theodore Schultz menegaskan pentingnya investasi dalam pendidikan untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Schultz menjelaskan bahwa pendidikan merupakan modal manusia yang dapat meningkatkan kualitas hidup individu sekaligus mendongkrak ekonomi suatu negara. Dalam konteks AKPJ, lulusan yang terampil di bidang peternakan tidak hanya akan meningkatkan taraf hidup mereka sendiri tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.
Refleksi untuk Sistem Pendidikan Indonesia
Apa yang dilakukan Prof. Udiansyah seharusnya menjadi inspirasi bagi pemerintah dan institusi pendidikan di Indonesia. Di saat biaya pendidikan semakin mahal dan banyak mahasiswa kesulitan melanjutkan studi, inisiatif seperti AKPJ menjadi pengingat bahwa ada cara untuk menciptakan pendidikan tinggi yang inklusif dan ramah bagi semua kalangan. Pemerintah perlu mendorong model pendidikan yang lebih berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dan relevansi praktis.
Tagline "Kampus Merdeka" yang saat ini digaungkan oleh pemerintah sebenarnya memiliki potensi untuk mendukung model seperti ini. Namun, realisasi dari kebijakan tersebut harus diarahkan untuk benar-benar memberikan akses pendidikan yang lebih luas, bukan hanya mengubah kurikulum atau sistem administrasi.
Jika seorang individu seperti Prof. Udiansyah mampu mewujudkan pendidikan gratis dengan sumber daya terbatas, pemerintah dengan anggaran dan wewenang lebih besar semestinya mampu menciptakan kebijakan serupa dalam skala nasional.
Meneladani Prof. Udiansyah
Prof. Udiansyah adalah bukti nyata bahwa pendidikan gratis itu bisa. Ia menunjukkan bahwa dengan visi yang jelas, komitmen kuat, dan keberpihakan kepada masyarakat, tantangan pendidikan tinggi yang mahal dan eksklusif dapat diatasi. Pendidikan gratis tidak hanya mungkin, tetapi juga harus menjadi prioritas dalam pembangunan bangsa.
Seperti yang dikatakan Nelson Mandela, "Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat Anda gunakan untuk mengubah dunia." Melalui pendirian AKPJ, Prof. Udiansyah telah memanfaatkan pendidikan sebagai alat perubahan—membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda Indonesia. Di penghujung tahun 2024 ini, kita mendapat pelajaran berharga dari seorang Prof Udiansyah, pendidikan gratis tidak sebagai wacana yang banyak dijanjikan para politisi, tetapi sebuah tindakan nyata.
Banjarmasin, 27 Desember 2024
*) Pemimpin Redaksi Banuaterkini.com