Home » Opini

Ibu Bumi, Ibu Kehidupan

Banuaterkini.com - Sabtu, 24 Desember 2022 | 12:44 WIB

Post View : 38

Ibu Bumi inilah yang sekarang sedang dalam posisi sekarat dan tidak berdaya. Karena aktivitas anak-anaknya, para manusia,, yang seringkali begitu gegabah bahkan begitu serakah, mengeksploitasi tubuh Ibu Bumi, mengeluarkan dan menggunakan berbagai sumber daya alam (misalnya minyak dan batu bara) yang pada gilirannya hasil penggunaan sumber daya tersebut menghasilkan gas rumah kaca (misalnya karbon). Gas rumah kaca inilah yang makin mencekik nafas kehidupan Ibu Bumi.

Lalu, manusia juga menerabas hutan — tanpa berpikir kelanjutannya — laksana mencukur rambut mahkota Ibu Bumi dan mengubahnya menjadi berbagai produk untuk menunjang hidup, bahkan kemudian gaya hidup manusia modern. Manusia yang merupakan anak Sang Ibu ini berulah pula dengan beragam langgam ekonomi politik pada saat harus duduk bersama untuk menentukan apa yang terbaik untuk menolong Ibu Bumi yang sedang sekarat ini. Berbagai perundingan, negosiasi, kesepakatan lahir… Mampukah itu meringankan derita Ibu? Nurani dan masa depankah yang terbayang saat satu keputusan politik diambil? Ataukah hanya pertolongan oksigen sementara untuk Ibu yang sedang terengah-engah menahan ajal?

Dalam pikiran banyak orang, bisa jadi manusia berbuat banyak dalam konteks pemanasan global dan perubahan iklim adalah untuk menolong bumi, menyelamatkan bumi. Padahal fakta filosofis, yang dilakukan adalah untuk menyelamatkan manusia itu sendiri. Terbayangkah jika Ibu Bumi sudah tidak sanggup menyangga kehidupan karena ulah tidak bijaksana manusia, maka kehidupan siapa yang sebenarnya dipertaruhkan? Ya kehidupan umat manusia. Terbayangkah jika Ibu Bumi “tiada” maka siapa pula yang tiada? Sudah pasti manusia. Ibu Bumi tiada, tiada pula manusia dan kehidupan lain yang saling menyangga sebagai ekosistem.

Saya kembali tercenung. Ibu Bumi sudah begitu rupa melahirkan, menyusui, membesarkan anak-anaknya, mengapa sang anak bisa begitu durhaka menghancurkan ibu kehidupannya? Jika Ibu Bumi hancur, maka siapakah yang sebenarnya musnah?

Maka, ajang 22 Desember ini, di balik segala macam kritik terhadap pemaknaannya, mengapa tidak kita pergunakan untuk menunjukkan cinta sejati kepada Ibu kehidupan manusia? Jika cinta kepada Ibu adalah cinta tiap hari, bukan hanya pada 22 Desember, maka tunjukkan juga cinta itu kepada Ibu Bumi setiap saat, setiap waktu. Dan setiap dari kita sebagai anak-anak kehidupan pasti bisa melakukannya.

Selamat Hari Ibu, Selamat Hari Perempuan.

Selamat Hari Ibu Bumi, Ibu Kehidupan kita semua.

Halaman:

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev