Laporan: Lolita Siskia Anwari
Matahari tampak redup, awan berarak pada Kamis (04/12/2023) siang. Walau waktu sudah menunjukkan hampir pukul 11.15 WITA, tapi awan hitam terlihat di langit Desa Purwosari Baru, Kecamatan Tamban, Kabupaten Barito Kuala.
Tamban, Banuaterkini.com - Saya baru saja mengikuti rangkaian kegiatan sosialisasi tentang bahayanya bullying alias perundungan, yang dalam bahasa Banjar disebut dengan "sambatan", bersama rekan-rekan saya mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Uniska di SDN Purwosari 1.2.
Banyak sekali kesan yang saya rasakan saat mengikuti kegiatan yang diinisiasi untuk melaksanakan tugas mata kuliah Komunikasi Pembangunan yang dibimbing dosen kami, Bapak MS Shiddiq, Ph.D
Saya bersama 16 orang mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi benar-benar merasakan bagaimana dinamika yang terjadi dalam proses belajar-mengajar di sekolah yang letaknya lumayan jauh dari Kota Banjarmasin itu.
Untuk sampai di SDN Purwosari 1.2 yang masih minim fasilitas itu, saya bersama mahasiswa lainnya harus menyeberangi Sungai Barito menggunakan kapal feri dari Dermaga Banjar Raya, Kota Banjarmasin menuju Dermaga Sungai Lauk, Tamban, Barito Kuala.
Lebih kurang 25 menit lama waktu yang kami lewati untuk sampai di daratan yang masih masuk dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan itu. Dari dermaga Sungai Lauk, kami pun bergegas menyusuri jalan berbatu menuju Desa Purwosari, lokasi SDN 1.2 yang hendak kami kunjungi.
Tiba di sekolah yang muridnya kurang dari 100 siswa dari Kelas 1 hingga Kelas VI ini, saya dan rekan lainnya segera mempersiapkan agenda kegiatan mengisi acara sosialisasi mengenai bahaya dan cara menghindari perilaku bullying di kalangan pelajar.
Hampir dua jam kegiatan kami bersama anak-anak SDN Purwosari 1.2. Berbagai kegiatan mulai dari pengayaan wawasan tentang perilaku bullying yang biasa terjadi di kalangan anak, aneka permainan, bahkan berbagi kebahagiaan dengan membagikan doorprize.