Dari perspektif lain, visi besar paslon nomor 1 memang penting untuk pembangunan berkelanjutan, tetapi apakah masyarakat siap menunggu bertahun-tahun untuk melihat manfaatnya?
Sebaliknya, paslon nomor 2 tampak pragmatis, namun apakah program mereka cukup untuk menggerakkan roda pembangunan dalam skala besar?
Debat tadi malam juga memunculkan isu penting lainnya: kemampuan eksekusi. Program ambisius paslon nomor 1 membutuhkan mesin birokrasi yang efektif, sementara program langsung paslon nomor 2 memerlukan pendekatan yang sistematis dan berkelanjutan.
Dalam debat, kedua paslon tampak percaya diri dengan janji mereka, tetapi di atas kertas, pertanyaan tentang bagaimana mereka akan merealisasikan program-program itu tetap menggantung.
Stunting, misalnya, menjadi isu besar dalam debat kedua. Muhidin, yang menjabat sebagai Wakil Gubernur, menghadapi kritik terkait capaian penanganan stunting yang dianggap belum memadai.
Ini memberi ruang bagi Raudatul Jannah untuk menonjolkan keunggulannya sebagai figur yang fokus pada isu kesehatan dan gizi.
Akhirnya, betapapun optimalnya penampilan kedua paslon ini, pemilihlah yang akhirnya menjadi "eksekutor" dan penentu keterpilihan mereka. Mari kita tunggu, 27 November mendatang, siapakah yang keluar sebegai pemenang, dan menjadi pemegang kunci kebijakan Pemerintahan Provinsi Kalsel selama lima tahun ke depan.
Banjarmasin, 18 November 2024
Pemimpin Redaksi