Laporan: A Kusairi l Editor: Ghazali Rahman
Terbatasnya suplai BBM jenis solar ke wilayah Kalimantan Selatan, membuat ratusan sopir truk dan angkutan harus mengantri solar lebih dari dua hari di sejumlah SPBU di wilayah Kota Banjarmasin dan sekitarnya. Lalu, siapa yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah ini?
Banjarmasin, Banuaterkini.com - Meskipun Kalimantan Selatan termasuk salah satu penyumbang bagi cadangan energi naional terutama dari sektor batubara terbesar di tanah air, tak membuat daerah ini surplus energi pula.
Sebelumnya, bahkan wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah (Kalsel-teng) selama bertahun-tahun, sering terjadi pemadaman listrik secara bergiliran. Alasannya, pembangkit listrik yang tidak cukup memenuhi kebutuhan masyarakat.
Beruntung di era Presiden Jokowi, persoalan byarpett atau pemadaman listrik secara bergiliran di wilayah yang kaya sumberdaya alam ini berangsur-angsur berkurang.
Kini, persoalan yang banyak dikeluhkan warga adalah soal minimnya pasokan BBM terutama yang bersubsidi seperti pertalite dan solar.
Ketersediaan solar bersubsidi, misalnya bagi sebagian besar pengguna angkutan besar seperti truk dan colt diesel di wilayah Kota Banjarmasin dan sekitarnya, merupakan momok yang cukup menakutkan.
Pasalnya, hingga sekarang masalah minimnya suplai di beberapa SPBU penyedia BBM bersubisidi tampaknya juga ada jalan keluarnya.
Bahkan, menurut pengakuan salah seorang sopir dari Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia/Indonesia Logistics & Forwarder Association (ALFI/ILFA) dan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (APTRINDO) Kalimantan Selatan, pihaknya bersama-sama rekannya pernah mengadukan persoalan kelangkaan solar bersubsidi tersebut ke Walikota dan DPRD Banjarmaasin termasuk ke DPRD Kalsel.