Haji Iwan, seorang pengusaha farmasi lokal, menyebut teknologi pembakar sampah ini sudah terbukti efektif di rumah sakit, terutama untuk membakar limbah medis menjadi abu.
“Kita bisa meniru kota seperti Semarang. Incinerator bisa menjadi solusi utama untuk sampah umum juga,” katanya.
Selain itu, warga mendorong sistem pemilahan sampah dari rumah, membedakan antara sampah basah, kering, dan berbahaya.
Ini dianggap sebagai langkah krusial agar sampah dapat diolah lebih efektif menjadi kompos, gas, atau bahkan energi alternatif.
Aktivis Pemuda Pancasila, Saprudin, juga mengkritik pengelolaan dana retribusi sampah yang dipungut lewat tagihan PDAM.
Dengan kritis ia menilai tidak ada transparansi penggunaan dana.
“Kalau bisa bangun air mancur Rp11 miliar, kenapa beli ekskavator buat sampah saja tak bisa? Aneh sekali. Ini harus diaudit,” tegasnya.
Menanti Langkah Nyata Pemimpin Baru
Kini, semua harapan tertuju pada kepemimpinan Wali Kota baru, H. M. Yamin.
Fauzan Ramon meminta agar program yang sudah ada dievaluasi total, dan penanganan sampah dijadikan agenda prioritas, bukan sekadar tanggung jawab dinas teknis.