"Kita sepakati di Jakarta. Dermaganya adalah nuansa-nuansa religi," ujarnya belum lama tadi.
Terpisah, salah seorang buyut Habib Basirih, Habib Fathurrahman Bahasyim menyebutkan bahwa pembangunan shelter di kawasan Kubah terkesan mubazir.
Hal itu, menurut Habib Fathur, sapaan akrab Habib Fathurrahman Bahasyim, karena diduga pembangunan shelter tersebut tidak memperhitungkan siklus air sungai yang kadang pasang dan surut.
Menurut Habib Fathur, saat surut dermaga Basirih yang dibangun dengan biaya besar itu tak bisa difungsikan, lantaran tak bisa dijangkau angkutan sungai.
“Pembangunan dermaga ini saya rasa proyek mubazir, mengapa? Karena pada kenyataanya tidak bisa digunakan,” ungkap Habib Fathur, seperti dikutip dari Koranbanjar.com, Jumat.
Selain dianggap buang-buang anggaran sebanyak Rp2,5 miliar, pembangunan dermaga atau dikenal Shelter Air ini juga disebut hanya sebagai hiasan.
“Tidak lebih tidak kurang keberadaan dermaga ini hanya sebagai hiasan kerena tidak bisa dipakai sebagai mana mestinya,” ujarnya.
Kondisi ini, lanjut Habib, terbukti saat acara haul Habib Basirih ke -77 beberapa waktu lalu. Diceritakannya, saat air surut kapal yang membawa jamaah haul tidak bisa merapat ke dermaga untuk menurunkan jamaah itu.
“Ini yang saya bilang tidak berfungsi, akhirnya pembangunan dermaga ini (terkesan) mubazir,” sebutnya.
Namun demikian, keluarga besar Habib Basirih tetap mengapresiasi dan berterimakasih atas sumbangsih Pemerintah selama ini, telah mendukung keberlangsungan wisata religi Kubah Habib Basirih.