Sementara itu, peneliti Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin, Mahyudin, mengingatkan agar Pemko tidak terjebak pada promosi wisata yang mengabaikan nillai-nilai kearifan lokal khususnya budaya keberagamaan masyarakat Banjar.
"Masyarakat Banjar di wilayah Kota Banjarmasin ini sangat kental nilai-nilai ke-Islamannya, jadi jangan sampai promosi di tempat-tempa wisata yang ada kita kehilangan nilai-nilai itu," ujarnya.
Ia juga meminta agar Pemko Banjarmasin agar tidak hanya melakukan revitalitasi fisik objek wisata, tetapi juga melakukan revitalisasi budaya pada masyarakat Banjarmasin, agar generasi mendatang tidak kehilangan jati dirinya sebagai orang Banjar.
"Revitaliasi budaya ini menjadi penting, karena kita tidak ingin orang Banjar kehilangan jati dirinya," ujar dia.
Kepala Bappedalitbang Kota Banjarmasin, Ahmad Syauqi melalui Kepala Bidang (Kabid) Litbang, Ignasius R.P Salan, mengakui pihaknya memang berupaya menghimpun saran dan masukan dari berbagai pihak untuk memaksimalkan potensi wisata di Kota Banjarmasin.
Salah satunya, melalui kajian yang dilaksanakan oleh para penelitian ULM dan sejumlah pakar di bidangnya.
"Kita harus aku Pemko Banjarmasin tidak memiliki sumberdaya alam seperti daerah lainnya di Kalsel, maka potensi wisata menjadi salah satu andalan sebagai sumber PAD bagi Kota Banjarmasin," ujarnya.
Sebab itu, kata dia, semua masukan terkait pemanfaatan potensi wisata yang sudah ada maupun wisata buatan di Kota Banjarmasin akan dioptimalkan secara proporsional.
Hadir pada ekspos kajian yang dilaksanakan di Aula Bappedalitbang Kota Banjarasin, selain unsur pejabat di lingkungan Bappedalitbang, hadir pula sejumlah perwakilan SKPD di lingkup Pemko Banjarmasin, termasuk dari Dewan Kesenian Kota Banjarmasin, peneliti, akademisi dan para pemerhati kebijakan.