Di tengah keragaman kuliner Indonesia, lamang menempati posisi istimewa dalam tradisi masyarakat Banjar. Makanan tradisional yang dibuat dari beras ketan dan santan ini tidak hanya menjadi sajian lezat sehari-hari, tetapi juga memiliki makna budaya yang mendalam.
Banuaterkini.com, MARTAPURA - Lamang, yang sering disebut dengan istilah "lamang" dalam bahasa Banjar, dimasak dengan cara unik yang menambah cita rasa khas.
Proses memasaknya dilakukan dengan menggunakan bambu yang dilapisi daun pisang muda, kemudian dibakar hingga matang sempurna.
Bambu tersebut harus dibolak-balik secara berkala untuk memastikan lamang matang merata dan tidak gosong.
Dalam tradisi Banjar, lamang bukan sekadar makanan biasa. Ia sering hadir dalam berbagai upacara adat dan perayaan penting, seperti pernikahan, khitanan, dan acara syukuran.
Lamang melambangkan kebersamaan dan gotong royong, karena proses pembuatannya sering melibatkan banyak anggota keluarga atau masyarakat.
Selain itu, lamang juga menjadi sajian istimewa saat menyambut tamu penting. Menyajikan lamang kepada tamu adalah bentuk penghormatan dan menunjukkan keramahan tuan rumah.
Dalam acara-acara keagamaan, lamang sering digunakan sebagai bagian dari persembahan atau hidangan yang dibagikan kepada orang-orang sekitar.
Pembuatan lamang memerlukan kesabaran dan keahlian khusus. Siti Aisyah, seorang pedagang lamang di pasar Martapura, menceritakan bahwa setiap hari ia memulai proses pembuatan lamang di rumahnya di Desa Tanah Abang, Kabupaten Banjar.