Di balik gemerlap gedung pencakar langit dan hiruk-pikuk kota metropolitan, terdapat jutaan kisah manusia yang mewarnai hari-hari Jakarta.
Banuaterkini.com, JAKARTA - Salah satu cerita yang tak terhitung jumlahnya adalah tentang para pekerja yang setiap hari harus berjibaku di moda transportasi kereta api—mulai dari Kereta Rel Listrik (KRL), Light Rail Transit (LRT), hingga Mass Rapid Tranportation (MRT).
Mereka adalah pejuang-pejuang tanpa tanda jasa yang dengan gigih menempuh perjalanan panjang dan melelahkan, berdesakan dalam lautan manusia, demi menghidupi keluarga dan meraih impian di kota besar ini.
Setiap pagi, pemandangan di stasiun-stasiun Jakarta tak pernah sepi dari lautan manusia. Dengan mata yang masih setengah terpejam, para pekerja ini melangkahkan kaki ke stasiun, berharap mendapatkan tempat duduk atau sekadar ruang berdiri yang layak.
Namun, kenyataan sering kali berkata lain. KRL yang penuh sesak membuat mereka harus berdiri selama perjalanan, berdesakan dengan ratusan orang lain, berusaha menjaga keseimbangan di atas rel yang bergetar.
Namun, di tengah kepadatan yang menyiksa, ada momen-momen yang justru memperlihatkan betapa kuatnya solidaritas di antara sesama penumpang.
Senyum kecil dan sapaan hangat menjadi penghibur di pagi yang masih gelap. Tidak jarang, penumpang saling membantu—menggeserkan sedikit ruang, berbagi pegangan, atau memberikan tempat duduk kepada yang lebih membutuhkan.
Di sinilah kemanusiaan terasa begitu nyata, di tengah perjalanan yang penuh sesak, mereka menemukan teman seperjuangan.
Mira, seorang ibu dua anak yang bekerja sebagai staf administrasi di salah satu kantor di Sudirman, mengisahkan bagaimana ia bertemu dengan sahabat karibnya di KRL.