“Kami melihat pola yang berulang. Pemalsuan oli ini berlangsung dalam jangka panjang dengan pemain-pemain besar yang masih beroperasi. Kami siap membantu aparat dalam memberikan bukti dan data laporan konsumen,” kata Fauzan.
Selain peredaran oli palsu dan kecurangan dalam distribusi Minyakita, YLKI Kalsel juga menyoroti dugaan pengoplosan BBM jenis Pertalite dengan Pertamax yang semakin meresahkan masyarakat.
Fauzan mengungkapkan bahwa pihaknya menerima laporan dari warga terkait adanya praktik pengoplosan BBM yang diduga dilakukan oleh oknum tertentu untuk mendapatkan keuntungan lebih besar.
“Dugaan ini bukan tanpa dasar. Kami mendapat laporan dari masyarakat bahwa ada beberapa SPBU dan pihak tak bertanggung jawab yang sengaja mencampur Pertalite dengan Pertamax untuk dijual kembali dengan harga lebih tinggi,” ungkap Fauzan.
Menurut advokat senior yang dikenal sangat vokal ini, pengoplosan BBM sangat berbahaya karena dapat merusak mesin kendaraan dan bahkan meningkatkan risiko kecelakaan.
YLKI Kalsel mendesak agar aparat kepolisian melakukan sidak dan uji laboratorium secara berkala di berbagai SPBU untuk memastikan BBM yang dijual sesuai dengan standar kualitas.
Tak hanya itu, YLKI Kalsel juga menemukan bahwa penjualan gas LPG 3 kg di beberapa wilayah masih berada di atas HET yang telah ditetapkan pemerintah.
"Gas LPG 3kg yang seharusnya dijual maksimal dengan harga Rp18,500, di masyarakat ternyata harganya bisa melambung antara Rp30.000 hingga Rp40.000," ungkapnay.
Fauzan menegaskan bahwa pihaknya menerima aduan dari masyarakat yang kesulitan mendapatkan LPG bersubsidi dengan harga wajar.
“Kami menerima laporan bahwa di beberapa daerah, harga LPG 3 kg dijual jauh di atas HET yang ditentukan pemerintah. Ini jelas merugikan masyarakat kecil yang bergantung pada gas bersubsidi untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar Fauzan.