Suaedy menggambarkan bagaimana nantinya komunikasi tidak lagi mengandalkan perangkat fisik seperti ponsel, melainkan teknologi yang langsung terintegrasi pada tubuh manusia, seperti chip atau alat yang terhubung dengan jaringan internet secara otomatis.
Ia menambahkan bahwa tantangan bagi lulusan perguruan tinggi NU, khususnya UNU, adalah bagaimana menyikapi perkembangan ini dengan bijak.
Sebagai agen perubahan, lulusan NU diharapkan tidak hanya sekadar mengikuti tren teknologi, tetapi juga menggunakan teknologi untuk meningkatkan kemaslahatan umat.
“Fenomena teknologi Society 5.0 ini menuntut kita untuk kreatif, namun tetap berpegang pada nilai-nilai Aswaja yang menjadi pegangan hidup kita,” tambah Suaedy.
Dengan semakin mendunianya NU, perguruan tinggi di bawah naungan NU terus berupaya menyiapkan generasi yang mampu bersaing secara global.
Perguruan tinggi NU juga terus memperkuat kurikulum yang relevan dengan tuntutan zaman, memberikan pendidikan berbasis industri dan teknologi, serta memperluas kerja sama dengan berbagai institusi baik dalam maupun luar negeri.
Semua ini dilakukan agar lulusan NU tidak hanya mampu berkontribusi di tingkat lokal tetapi juga dalam skala global.
Suaedy menambahkan bahwa pendidikan berbasis Aswaja di perguruan tinggi NU memberikan dasar yang kuat bagi mahasiswa dalam memahami perkembangan zaman secara bijak.
Perguruan tinggi seperti UNUKASE juga menanamkan karakter Islam Rahmatan lil ‘Alamin, yang membawa misi perdamaian, toleransi, dan keadilan.
Di hadapan para wisudawan UNUKASE, Suaedy menekankan bahwa lulusan perguruan tinggi NU memiliki peran penting sebagai agen perubahan yang dapat membawa manfaat bagi masyarakat.