Namun, para pendukung Prabowo berargumen bahwa kabinet yang lebih besar dapat membantu mempercepat implementasi kebijakan dan memastikan stabilitas politik di tengah tantangan ekonomi global dan sosial yang semakin kompleks.
Selain menjawab kritik soal kabinet gemuk, Prabowo juga kembali menegaskan target swasembada pangan yang ia canangkan.
Ia optimistis bahwa dalam waktu empat tahun, Indonesia akan mampu mencapai swasembada pangan.
Prabowo menilai ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama bagi pemerintahannya, sejalan dengan cita-citanya menjadikan Indonesia lebih mandiri di sektor pangan.
“Kita harus bisa mandiri dalam pangan. Dalam empat tahun, kita akan swasembada. Ini janji saya, dan kami akan bekerja keras untuk mewujudkannya,” ujar Prabowo dengan penuh keyakinan.
Sejumlah pakar dan pelaku industri menyambut baik komitmen Prabowo terhadap swasembada pangan, meskipun mereka mengingatkan bahwa target ambisius tersebut memerlukan reformasi besar-besaran di sektor pertanian, infrastruktur, serta kebijakan perdagangan.
Di sisi politik, pembentukan kabinet besar sering kali dipandang sebagai strategi untuk memperkuat basis dukungan di parlemen, khususnya dalam negara demokrasi yang plural seperti Indonesia.
Mengingat sistem presidensial di Indonesia mengharuskan kerja sama lintas partai untuk meloloskan kebijakan, Prabowo tampaknya tengah membangun koalisi yang luas untuk mengamankan stabilitas politik dan memastikan program-programnya dapat berjalan dengan baik.
Pengamat politik menilai, langkah ini sejalan dengan upaya Prabowo untuk menciptakan pemerintahan yang lebih stabil, apalagi mengingat pengalaman koalisi sebelumnya yang kerap diwarnai perselisihan.
“Koalisi besar ini penting bagi Prabowo agar ia dapat menjalankan agendanya dengan lebih mulus, terutama terkait pembangunan dan program-program ekonomi strategis,” ujar Arifin Saiful, seorang analis politik dari Universitas Indonesia.