RANS303 INDOSEVEN RANS303

Kisah Nurul Hikmah, Peraih Gelar Master dengan Predikat IPK Tertinggi 4.00

Redaksi - Jumat, 2 Agustus 2024 | 15:07 WIB

Post View : 15

Nurul Hikmah (25), mahasiswa peraih nilai IPK tertinggi 4.00 dari 991 lulusan program Master Clinical Pharmacy UGM pada Rabu (24/07/2024) lalu. (BANUATERKINI/UGM.ac.id).

Siapa yang tak bangga saat mengetahui usaha, kerja keras dan semua perjuangannya menyelesaikan studi berbuah manis. Itulah yang dirasakan Nurul Hikmah (25).

Banuaterkini.com, YOGYAKARTA - Saat mengetahui pencapaiannya sebagai peraih IPK tertinggi dengan nilai sempurna 4.00, Nurul Hikmah (25) mengaku perasaannya campur aduk, antara kebanggaan dan kekhawatiran.

“Saya merasa deg-degan karena gelar dan IPK tertinggi yang saya peroleh membuat saya takut apakah ilmu saya bisa bermanfaat bagi orang lain dan apakah saya bisa berkontribusi untuk kemajuan bidang farmasi klinik di Indonesia,” ungkap Nurul pada laman berita UGM, Rabu (31/07/2024).

Nurul Hikmah merupakan salah satu dari 991 lulusan program pascasarjana UGM pada Rabu (24/07/2024) lalu.

Lulusan master dari Program Studi Magister Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi UGM ini meraih predikat dengan gelar Master of Clinical Pharmacy.

Saat ditemui awak media di kampus UGM, Nurul berbagi rahasia di balik kesuksesannya. Dalam perjalanannya, Nurul selalu berfokus pada metode belajar yang tepat dan mengenali tipe pembelajaran dosen.

Menurutnya, strategi ini sangat penting untuk mencapai kompetensi yang diinginkan.

“Jangan terfokus pada pencapaian orang lain. Fokuslah pada yang kamu kerjakan saat ini,” pesannya.

Selain belajar dengan tekun, Nurul juga rajin membaca referensi, mengatur waktu dengan baik, dan membuat kelompok belajar dengan teman-teman yang sudah bekerja.

Aktivitasnya selama kuliah tidak hanya terbatas pada akademik, tetapi juga penelitian disertasi dan menjadi asisten praktikum.

Meskipun pekerjaan sebagai asisten praktikum seringkali membuatnya kewalahan, Nurul justru merasa tantangan tersebut membantunya belajar manajemen waktu secara efektif.

Penelitian tesisnya yang berjudul “Cost Effectiveness Analysis Antibiotik Empiris Levofloksasin dibandingkan Kombinasi Seftriakson/Azitromisin pada Pasien Community Acquired Pneumonia Rawat Inap di RSA UGM” menunjukkan hasil yang signifikan.

Riset ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka kematian akibat pneumonia, terutama pada anak di bawah lima tahun. Nurul membandingkan penggunaan antibiotik seftriakson/azitromisin dan levofloksasin dalam proses penyembuhan pasien pneumonia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi seftriakson/azitromisin membutuhkan durasi penggunaan antibiotik lebih lama, memiliki efek samping yang mengancam jiwa, dan memerlukan biaya tambahan dibandingkan levofloksasin tunggal.

“Tidak ada perbedaan luaran klinis yang signifikan antara keduanya,” pungkas Nurul.

Editor: Ghazali Rahman
Copyright @Banuaterkinic 2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev