Warga Sungai Baru Buka Suara, KWM Diduga Tak Miliki Kajian Dampak Lingkungan

Banuaterkini.com - Rabu, 23 November 2022 | 09:24 WIB

Post View : 252

Sculpture Ikon Ketupat di Kawasan Kampung Ketupat Sungai Baru yang roboh diduga ceroboh dalam perencanaan desain. Foto: Banuaterkini/Misbad.

"Ada beberapa hal penting yang kurang diperhatikan oleh perencana saat membuat desain yang menyebabkan robohnya sculpture ketupat, yaitu proporsi bentuk yang tidak seimbang dan adanya rongga yang bisa menangkap angin," tegas alumni program doktor Saga University Jepang itu.

Press release PT Juri Supervisi Indonesia terkait robohnya bangunan Ketupat di KWM Sungai Baru, Kamis pekan lalu.

Sementara itu, Head of Business Development PT Juru Supervisi Indonesia, M Wahyu B Ramadhan, membenarkan bahwa robohnya ikon ketupat di Sungai Baru lantaran adanya angin kencang yang menghantam area itu.  

"Dugaan sementara, penyebab robohnya bangunan ikon ketupat dikarenakan adanya angin yang sangat kencang yang menghantam area tersebut. Sementara pekerjaan struktur sedang dalam proses pengerjaan sehiñgga kekuat;an Struktur belum benar-benar sempurna," jelas Wahyu yang mengaku bertindak sebagai Pengelola Kawasan Kampung Ketupat, dalam keterangan persnya yang dikirim ke sejumlah media.

Penjelasan Pengelola Kampung Ketupat, Wahyu, yang menyebut robohnya ikon ketupat disebabkan angin kencang  tersebut dibantah Sabriansyah. Pasalnya, kata dia, saat kerjadian angin tidak terlalu kencang, dan itu biasa terjadi di kawasan itu.

"Saat kejadian itu, angin tidak sangat kencang dan sering aja terjadi di kawasan Siring," tandas Sabriansyah.

Sabri, juga membantah keterangan Wahyu selaku pengelola, yang menyebutkan bahwa struktur bangunan masih dalam tahap pengerjaan, sebab pembangunan ikon ketupat itu sudah selesai 100 %.

"Sebab, sebelum kejadian Scapolding atau andang sudah dilepas pada hari Rabu (sehari sebelum peristiwa roboh) dan diangkut oleh rental Scapolding. Artinya sudah tidak ada lagi yg dikerjakan/finishing," imbuhnya lagi. 

Lebih lanjut, Sabriansyah yang ditemani sejumlah warga juga menambahkan, fakta lain bahwa pembangunan kawasan wisata di Kampung Ketupat Sungai Baru tidak memiliki kajian dampak lingkungan, adalah minimnya sosialisasi berkaitan dengan bagaimana pemanfaatan KWM tersebut.

Dikatakan Sabri, warga banyak mempertanyakan mengenai banyak hal yang berkaitan dengan pemanfaatan kawasan yang dibangun itu.

Misalnya, imbuh Sabri, soal lokasi parkir yang belum jelas di mana letaknya. Sebab, jika kawasan itu sudah dibuka untuk umum, maka pengelola sedari awal harusnya sudah memikirkan di mana lokasi parkir jika terjadi penumpukan kendaraan.

Halaman:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev