Menurut Ahang dkk (2015), penelitian tentang fitokimia yang telah dilakukan mendapatkan lebih dari 200 bahan kimia yang telah diisolasi dari genus uncaria, termasuk senyawa antara lain triterpen, flavonoid, enilpropanoid, dan alkaloid indol.
Senyawa ini memiliki senyawa aktivitas anti bakteri pada bakteri e. coli. atau zat anti kuman atau anti bakteri serta anti-imflamasi atau pembengkakan. hal ini berdasarkan pada analisa ekstrak etanol daun bajakah kait-kait dengan uji antibakteri menggunakan metode Kirby Bauer untuk menentukan aktivitas antibakteri yang ditandai dengan terbentuknya zona hambat disekitar kertas cakram.
Bakteri yang diuji adalah Eschericia coli atau E. coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang dapat menyebabkan diare ringan. Berdasarkan hasil penelitian tentang analisa ekstrak etanol daun u. acida. terhadap pertumbuhan bakteri e. coli, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun U. acida memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri E. coli ditandai dengan terbentuknya zona hambat, dengan konsentrasi 50 mg/ml dengan rata-rata diameter zona hambat 10,2 mm memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri e. coli dalam kategori sedang[3].
Untuk memperoleh manfaat dari tumbuhan, perlu dilakukan proses ekstraksi untuk menarik senyawa yang terkandung dalam tumbuhan. Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan zat aktif dari suatu padatan maupun cairan, pemisahan ini dapat terjadi dengan bantuan pelarut sehingga zat terpisah dari komponen lain yang tidak dapat larut dalam pelarutnya (Prayudo et al., 2015).
Sebelum proses ekstraksi biasanya tumbuhan dibuat menjadi simplisia, Endarini (2016) menyatakan, simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat tradisional dan belum mengalami pengolahan atau merupakan bahan yang dikeringkan, lalu dibuatlah simplisia nabati yaitu simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tumbuhan. Yang dimaksud dengan eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.
Umumnya cara pembuatan konvensional dengan infusi, dekosi dengan bahan di masak air hingga mendidih dan di saring, atau maserasi dengan cara bahan ditumbuk dan di rendam selama 3 (tiga) hari lalu di embunkan dan di ambil saripatinya. Ada juga ekstrasi dengan bantuan enzim, ultrasonik dan medan listrik berdenyut (Pulsed-electric Field Extraction/PFE), yang biasa di lakukan pada pabrik-pabrik modern.
Ada yang menarik dari Bajakah kait-kait ini, tidak hanya kandungan batangnya yang luarbiasa, tapi juga daunnya yang ada semacam pengait. Ada yang menyebut cakar elang. Daun berkait-kait ini juga bermanfaat obat. Cara pengolahannya sangat sederhana: sebelum digunakan harus dijemur terlebih dahulu sampai benar-benar kering. Direbus dan langsung diminum.
Berikut manfaat cakar bajakah kait-kait antara lain: menstabilkan tekanan darah atau hipertensi, mengobati sakit pinggang dan menjadi obat asam urat bahkan kalau khusus mengkonsumsi air rebusan cakar elang yaitu berupa mencegah resiko penyakit jantung, stroke dan gangguan saluran kencing.
Beda karakteristik dengan bajakah tampala atau Spatholobus
Hal ini berbeda dengan efek sitotoksik beberapa akar bajakah kalimantan terhadap sel kanker payudara hasil penelitian siswa SMA di Kalimantan tengah. Dari sekitar 200 jenis bajakah; empat di antaranya yaitu pada spesies Spatholobus sp seperti pda bajakah tampala, kalalawit, bajakah jari lima, dan longkur telah digunakan oleh suku Dayak untuk pengobatan kanker payudara.