Perempuan berkelas lebih memilih untuk bersikap rendah hati dan fokus pada nilai-nilai yang lebih bermakna.
Mereka menyadari bahwa kebahagiaan dan kebanggaan diri tidak selalu perlu dipamerkan di dunia maya.
Menurut ahli branding, Tania Wibisono, terlalu sering memamerkan kemewahan justru bisa merusak keaslian personal branding seseorang.
"Orang yang asli dan autentik akan lebih dihargai daripada yang sekadar memamerkan materi," jelasnya.
Perempuan berkelas cenderung menghindari terlibat dalam perdebatan sengit atau mengomentari topik kontroversial yang memicu konflik.
Di dunia yang penuh perbedaan pendapat, perempuan berkelas memahami bahwa tidak semua hal perlu direspons dengan emosi. Psikolog klinis,
Dr. Maya Kusuma, menjelaskan bahwa ikut serta dalam konflik online bisa menurunkan kesehatan mental dan memengaruhi persepsi orang lain.
"Berkomentar yang memicu konflik bisa membuat kita terlihat reaktif dan kurang bijaksana," katanya.
Dengan kebebasan berpendapat di media sosial, terkadang ada yang lupa menjaga kesopanan.
Namun, perempuan berkelas memilih untuk tidak membagikan konten yang bisa menyinggung orang lain, seperti hal-hal yang merendahkan keyakinan atau pandangan orang lain.