Bagi mereka, setiap postingan mencerminkan siapa diri mereka, dan menjaga kesopanan adalah bagian dari sikap berkelas.
Sosiolog digital, Irwan Subakti, menambahkan bahwa unggahan yang tidak menghargai keberagaman bisa merusak citra seseorang di mata publik.
"Menghormati perbedaan itu adalah nilai yang harus dijaga di media sosial," katanya.
Menyebarkan gosip atau rumor di media sosial adalah hal yang dihindari perempuan berkelas.
Mereka paham bahwa terlibat dalam penyebaran rumor tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga dapat mencoreng citra diri.
Pakar etika digital, Dr. Lina Anggraeni, menyebutkan bahwa menyebarkan gosip di media sosial bisa membuat seseorang kehilangan kepercayaan orang lain.
"Orang yang terbiasa menyebar gosip akan sulit mendapatkan kepercayaan karena dianggap tidak bisa menjaga rahasia atau reputasi orang lain," jelasnya.
Keluarga adalah hal yang pribadi dan sakral. Bagi perempuan berkelas, masalah keluarga adalah urusan internal yang seharusnya diselesaikan di ruang privat, bukan di media sosial.
Mereka tahu bahwa mengumbar konflik keluarga hanya akan mengundang komentar yang tidak diinginkan dan dapat merusak hubungan keluarga.
Dr. Ratna Dewi, seorang konselor keluarga, mengatakan bahwa mengungkap masalah keluarga ke publik bisa berdampak buruk pada anak dan kerabat yang mungkin ikut terseret dalam masalah.