Home » Opini

Kerang Kapah si Predator Mikroplastik Air dan Kearifan Lokal Masyarakat Berangas

Banuaterkini.com - Kamis, 23 Februari 2023 | 14:17 WIB

Post View : 179

Kerang kapah (olymesoda erosa).

Oleh: Sri Naida*

LEBIH  dari satu abad, warga Berangas, khususnya yang tinggal di Pulau Sugara, Alalak, Kabupaten Barito Kuala, berupaya melestarikan tradisi mengambil kapur dari cangkang kerang kapah. Masyarakat setempat mempercayai cangkang kerang kapah memiliki banyak manfaat, baik untuk herbal, kosmetik maupun campuran makanan.

Sementara tubuh lunak kerang kapah yang tidak memiliki mulut ini justru dapat mengabsorbsi atau bertindak sebagai predator, karena kemampuannya memakan sampah mikroplastik di air. Tak heran, jika keberadaan kerang kapah dianggap sebagai alternatif mengatasi pencemaran sungai dan air laut.  

Keahlian mengolah kapur kapah ini diperoleh dari tradisi dan budaya masyarakat Dayak Berangas, yang secara tradisional diambil dari cangkangnya yang keras.

Pengolahannya pun cukup sederhana, hanya dengan disiram air panas untuk pengelupasan kulit keras berwarna coklat kehitaman. Setelah itu, ambil bagian putihnya, lalu diaduk selama beberapa jam, dengan di campur air. Alhasil, jadilah kapur kapah kualitas organik yang mengandung zat kalsium. Sedang tubuh lunaknya dikonsumsi sebagai campuran lauk-pauk.

Kapur Gamping dan Kapur Kepah 

Dihimpun dari berbagai sumber, terdapat dua jenis kapur: Kapur gamping Jawa dan kapur Kepah Alalak. Kapur gamping dari Jawa berasal dari gunung batu gamping.

Kapur dari cangkang kerang kapah.

Kapur gamping ini lebih banyak digunakan untuk campuran bahan plamir untuk memoles bangunan dinding beton, sehingga menurut sejumlah penelitian, kapur gamping justru menunjukkan dampak serius pada kesehatan. Pasalnya, senyawa kimia yang terdapat pada kapur gamping berupa kalsium hidroksida dengan rumus kimia Ca(OH)2.

Kalsium hidroksida dapat berupa kristal tak berwarna atau bubuk putih, dan dapat juga dihasilkan dalam bentuk endapan melalui pencampuran larutan kalsium klorida (CaCl2) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH).

Kemasan kapur gamping dapat berupa serbuk, namun karena kandungan kapur gamping ini dikuatirkan kurang higienes dan serbuknya dapat mengganggu pernafasan dan iritasi pada mata dan kulit, Botulisme, yaitu kekakuan otot.

Kapur gamping ini jika dimanfaatkan untuk kapur sirih, bisa membuat pH darah terlalu basa dan dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh pada usus dan pankreas. Jadi, disarankan lebih baik menggunakan kapur dari kerang kapah untuk konsumsi.

Morfologi Kerang Kapah (Polymesoda Erosa)

Cangkang Kerang Kapah

Secara morfologi ada dua bagian pada Kerang Kapah yaitu cangkang dan tubuh lunak. Bentuk cangkang seperti piring atau cawan yang terdiri dari dua katub yang bilateral simetris, pipih pada  bagian pinggirnya dan cembung pada bagian tengah cangkang.

Bentuk cangkang yang equivalve atau berbentuk segitiga yang membulat, tebal, flexure jelas mulai dari umbo sampai dengan tepi posterior. Cangkang pada kerang berfungsi untuk melindungi organ tubuh bagian dalam yang lunak dari serangan predator dan faktor lingkungan yang lain. Sedang fungsi lainnya adalah untuk mengatur aliran air secara tetap melalui insang untuk pertukaran udara dan pengumpulan makanan (Dwiono, 2003).   

Jenis kapah seperti ini, banyak ditemukan di hutan bakau di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Banyak juga ditemukan di sepanjang pantai dan lebih banyak ditemukan di akar tumbuhan mangrove antara seperti Rhizophora mucronata, Avicennia marina,  Onneratia alba  and  Excoecaria allagocha  atau yang lainnya. Selain itu, kapah ini dapat dilihat membenamkan diri kedalam substrat di sela-sela akar mangrove atau tanaman bakau ataupun di dalam lubang-lubang rumah kepiting.

Bila kandungan kapur gamping berupa senyawa kimia Ca(OH)2 atau kalsium hidroksida, maka kandungan kerang kapah yakni CaCO3 atau kapur yang tersusun dari CaO 99.1% K2O 0,4% serta SO3 0,7 (Hamestera et al, 2012).

Perbedaan ukuran partikel dapat dipengaruhi oleh kondisi penggilingan yang digunakan dan kondisi penembakan kalsinasi yang dijaga tetap konstan. Sedangkan menurut Efriyeldi dkk, 2012) hasil analisis proksimat kerang, diperoleh kandungan protein 13.25 %, lemak 0.44 %, serat kasar 0.37 %, kadar abu 3.43 % dan kandungan air 80.29%.

Secara umum menurut Lingaal (2003) kerang laut terdiri dari 97-99% kalsium karbonat atau CaCO3 dalam kalsit, aragonit, dan lainnya. Selain itu, juga terkandung MgCO3, (Fe)2O3, SiO2, Ca3P2O8, CaSO4, protein, dan polisakarida dalam jumlah sedikit. Selain komponen mayor dan minor tersebut, terdapat pula unsur tambahan seperti Sn, Mo, Mn, Cd, Ti, B, Pb, Au, Ag, Ni, Co, Bi, Cu, Sr, Rb, sebagai unsur lain yang terkandung dalam kerang.

Tubuh Lunak Kerang Kapah

Tubuh lunak ini tidak memiliki mulut, akan tetapi memiliki dua sifon sebagai alat tubuh untuk mendapatkan makanan dan mengeluarkan sisa-sisa ampas dari tubuhnya (Dwiono, 2003).

Kerang kepah termasuk salah satu jenis kerang yang hidup di dalam lumpur pada daerah estuaria, di hutan mangrove air payau dan di sungai-sungai  besar. Umumnya kerang kepah hidup pada substrat yang berlumpur dan substratnya mengandung 80–90% pasir kasar berdiameter lebih dari 40 mikrometer. Substrat bersifat asam dengan pH antara 5,35. Tubuh lunak inilah yang berperan untuk menyerap mikroplastik di air sungai atau laut.

Tubuh lunak memiliki nutrisi yang sama dengan jenis kerang lainnya, yaitu mengandung protein sebesar 7,06 – 16,87, lemak sebesar 0,40–2,47, karbohidrat sebesar 2,36–4,95, serta memberikan energi sebesar 69 – 88 kkal 100gram daging (Suaniti, 2007). Kerang kapah merupakan komoditas andalan dari daerah Tanjung Balai yang memiliki daging yang putih, lebih terlihat bersih bila dibandingkan dengan kerang yang ada di pasaran, seperti kerang darah, kerang bulu, dan kerang hijau. Bahkan kerang kapah sudah diekspor ke beberapa negara, seperti Jepang dan Korea yang sangat menyukai makanan laut (Sea food Admin, 2011).

Manfaat Kapur Kerang Kapah

Di berbagai daerah di Indonesia termasuk di Banua, sebutan untuk Provinsi Kalimantan Selatan, kapur yang berasal dari Kerang Kapah jamak digunakan untuk untuk campuran dengan sirih atau menyirih.

Kapur dioleskan pada daun sirih (Piper Betle Linn) dan sedikit gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), lalu dikunyah dulu sebelum diteguk. Ternyata kebiasaan leluhur masyarakat Banjar-Dayak itu sangat kaya manfaat.  Secara ilmiah dipercaya dapat memperbaiki saluran akar gigi.

Berdasarkan hasil penelitian dari National Institutes of Health, kalsium hidroksida atau kapur sirih digunakan dalam perawatan gigi sebagai agen antimikroba untuk melindungi gigi dari infeksi tertentu, membunuh bakteri dalam gigi, serta melindungi pulpa gigi. Sampai hari ini, bahkan, dalam konteks medis masih dimanfaatkan untuk bahan perawatan gigi.

Pengalaman penulis sendiri, sejak masa gadis meminum air kapur tiga kali seminggu. Cara membuatnya pun sangat mudah. Rendamlah sesendok kecil kapur kapah dengan air matang, didiamkan semalaman, lalu diminum dua sendok makan air beningnya.

Manfaat yang dapat dirasakan adalah tidak akan terkena asam lambung. Sebab, air kapur ini bersifat basa atau pH diatas 7,55. Menurut nenek yang biasa kami panggil Syarifah mengatakan ini, juga rahasia perempuan Arab untuk merapatkan fleksor urat vagina, sehingga jadi sarirapat dan menghilangkan bau tak sedap diarea kewanitaan.

Sementara sisa endapan kapur dapat dimanfaatkan untuk mengolesi bagian bawah mata panda, dan juga flex hitam di wajah. Caranya dengan dioleskan pada bagian flex, diamkan selama 15 menit, kemudian bersihkan dengan air biasa. Setelahnya itu oleskan krim pelembab atau masker wajah lainnya. Lakukan setiap hari sampai flex wajah hilang.

Kembali tentang obat bau badan, kapur kapah ini juga dapat menghilangkan aroma tak sedap di badan. Caranya dengan dioleskan pada ketiak, didiamkan selama lima menit, maka bulu ketiak dapat dicabuti tanpa terasa sakit dan hilang bau badan.

Biasanya bulu ketiak tidak akan tumbuh kasar lagi, jadi terlihat halus dan tidak banyak, sehingga tidak perlu memakai lilin atau waxing pencabut bulu ketiak yang menyakitkan.

Kapur kapah juga dapat digunakan sebagai obat bersamaan dengan bahan lain, seperti untuk mengatasi batuk selesma, gusi bengkak, bisul, masalah haid, digigit serangga serta penyakit kulit misalnya panu, kurap dan kutil, bahkan jerawat.

Caranya, oleskan kapur kapah di sekitar jerawat, maka akan cepat matang dan keluar infeksi jerawat dan mengering tanpa mengakibatkan bekas iritasi. Manfaat lainnya adalah juga mampu mengatasi diare. Caranya dengan mencampur air rebusan potongan kunyit ditambah dengan sesendok makan air kapur sirih, diminumkan ramuan ini sebanyak 3 kali dalam sehari hingga diare hilang.

Manfaat lain air kapur kapah ini dapat mengobati luka bakar di kulit, dengan campuran bubuk kunyit dan air kelapa, sehingga menjadi pasta dan oleskan pada bagian luka.

Khusus untuk pemanfaatan campuran bahan pengolahan makanan, sangat terkenal di berbagai suku bangsa, yaitu bila diberikan pada ikan yang berdaging lunak, maka akan kesat dan kenyal, contohnya biasanya ditemukan pada masakan Bugis dan Manado.

Begitu juga campuran pada adonan kue, lontong menjadi lebih padat, irisan buah, juga pembuatan berbagai keripik, rempeyek, kacang goreng Lebih renyah dan tahan lebih lama.

Di Banua sendiri, ada 41 macam kue basah yang rata-rata menggunakan air kapur untuk pengentalan dan tidak cepat basi. Bila cangkang kapah bermanfaat, sedangkan tubuh lunaknya selama ini selalu menjadi konsumsi pangan, yang di sebut remis kapah.  

Oleh karena sudah tahu rahasianya yang luar biasa itu, ayo selalu sediakan kapur kapah di rumah dan di kamar mandi, sebab terlalu banyak manfaatnya. Resep nenek moyang ini, jangan sebarkan pada yang lain ya, sebab rahasia murah dan menawan untuk tampil sehat dan cantik.

Manfaat Tubuh Lunak Kapah untuk Degradasi Polusi Mikroplastik

Keunikan kerang kapah ini hidupnya pada zona infralitoral dan sicalitoral atau pada daerah beriklim sedang dan daerah trofis. Hewan ini termasuk dalam kelas Bivalve yang banyak ditemukan di hutan mangrove. Distribusi bivalvia ini dipengaruhi oleh fase kehidupannya.

Pada waktu perairan surut, kerang kepah hidup di daerah sela-sela akar-akar tanaman mangrove, terutama pada substrat lumpur, lumpur berpasir dan serasah mangrove (Wanimbo, 2016). Kerang ini merupakan ciliary feeder (sebagai deposit feeder atau filter feeder).

Sebagai filter feeder kerang menyaring makanan menggunakan insang. Makanan utama kerang adalah plankton dan detritus (Melinda et al., 2015). Kerang ini mampu mengakumulasi logam berat sehingga dapat dimanfaatkan sebagai indikator pencemaran (Nurdin et al., 2006; Wanimbo, 2016).

Penyebaran kerang ini sangat luas yaitu India, Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, Burma, Philipina (Morton, 1984). Di Indonesia kerang P. erosa di temukan sepanjang laut Sumatera, di Makasar (Dwiono, 2003), Kalimantan Barat Kabupaten Sanbas (Amin et al., 2009), Aluh-Aluh dan Tabunganen di Kalimantan Selatan. Ada juga di Jayapura, Papua, Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah (Widowati et al., 2003) dan di Papua Kota Jayapura (Wanimbo, 2016).

Tubuh lunak kerang kapah berfungsi sebagai penyerap atau pemakan jasad renik berupa plankton dan detritus ini. Di era plastic ini, tugasnya bertambah, yaitu menjadi predator mikroplastik dan logam berat timbal (Pb) pada air laut.

Akibatnya aneka jenis remis, tiram, dan kerang memiliki tingkat kontaminasi mikroplastik tertinggi di antara makanan laut. 

Menurut laporan sebuah studi yang dilakukan Hull York Medical School dan University of Hull. Penelitian ini mengamati lebih dari 50 studi antara tahun 2014 dan 2020 yang menyelidiki tingkat kontaminasi mikroplastik secara global pada ikan dan kerang. Sebuah kontradiksi bahwa daging kerang itu tercemar, dan tak layak lagi konsumsi. Tapi di sisi lain justru sebagai predator mikroplastik yang dapat membersihkan sampah mikroplastik ini.

Secara gradual waktu plastik menjadi mikroplastik ini bisa memakan waktu puluhan tahun, sehingga mikroplastik sebagai pencemar, yang memiliki ukuran partikel kurang dari 5mm. Mikroplastik dapat terakumulasi dalam jumlah yang tinggi pada air laut dan sedimen (Hidalgo-Ruz et al., 2012).

Terdapat dua jenis mikroplastik: mikro primer yang diproduksi langsung untuk produk tertentu yang dipakai manusia (seperti sabun, deterjen, kosmetik, dan pakaian), serta mikro sekunder yang berasal dari penguraian sampah plastik di lautan.

Sedangkan mikro sekunder yang berasal dari penguraian sampah plastik di lautan. Mikroplastik dapat ditelan oleh organisme-organisme hingga akhirnya mengalami bioakumulasi pada predator puncak, termasuk manusia. Pada rantai makanan, mikroplastik juga di makan oleh organisme seperti kapah. Artinya kapah membantu membersihkan lingkungan dari mikroplastik.

Kantor Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Innovasi Nasional (BRIN), merilis hasil monitoring sampah plastik ukuran mikroskopik (mikroplastik) semasa pandemi dalam jurnal Marine Pollution.

Dalam Bulletin yang berjudul “Seasonal heterogeneity and a link to precipitation in the release of microplastic during COVID-19 outbreak from the Greater Jakarta area to Jakarta Bay, Indonesia”, disebutkan bahwa peningkatan mikroplastik bentuk benang yang terindikasi memiliki bentuk asal dan jenis komposisi kimia yang sama dengan masker medis. 

Sebelumnya, hanya kandungan mikroplastik hanya berkisar 3%, tetapi setelah pandemi Covid-19 pertama di Indonesia, proporsi mikroplastik tersebut meningkat 10 kali lipat pada Desember 2020. Artinya di masa pandemic penyumbang terbesar untuk buangan sampah plastik, hingga menjadi mikroplastik.

Masyarakat Banjarmasi dan sekitarnya harus waspada pada jenis ikan yang mengandung banyak mikroplastik

Laporan untuk Kota Banjarmasin, pada September 2022, disebutkan perlu lebih banyak data untuk lebih mudah membandingkan. Para peneliti mengatakan lebih banyak data diperlukan dari berbagai belahan dunia untuk memahami bagaimana masalah tersebut bervariasi di antara samudra, laut, dan saluran air yang berbeda.

Tingginya tingkat cemaran mikroplastik yang terdapat pada berbagai jenis ikan di Sungai Kuin, Sungai Martapura dan Sungai Barito membuat kekhawatiran di masyarakat.

Pasalnya, berdasarkan temuan para peniliti yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Sungai Nusantara dan Perkumpulan Telapak Kalimantan Selatan menemukan 10 spesies ikan yang banyak dikonsumsi masyarakat rata-rata mengandung mikroplastik 53 partikel mikroplastik per ekor.

Dari 10 ekor sampel ikan dalam penelitian yang dilakukan sejak 26 Agustus hingga 1 September 2022 itu di antaranya ikan Patung, Seluang, Tembubuk, Lompok, Lais, Nila, Puyau, Sili-sili, Handungan dan Ikan Senggiringan. Yang paling parah, ikan Lais merupakan satu jenis ikan air tawar yang paling banyak kadar mikroplastiknya. Hal itu dikarenakan kandungan mikroplastik di lambungnya sebesar 135 partikel. Sangat disayangkan tidak ada riset pada hewan kerang yang sebenarnya jadi indikator lingkungan baik air tawar maupun air laut, sebab hewan ini berada di pesisir mangrove.

Mikroplastik yang ada di sepanjang sungai Barito dan Sungai Martapura ini, berasal dari hasil pemecahan sampah plastik seperti tas kresek, styrofoam, botol plastik, sedotan, alat penangkap ikan, popok dan sampah plastik lainnya yang dibuang di aliran sungai.

Karena paparan sinar matahari dan pengaruh fisik pasang surut, maka sampah plastik ini akan rapuh dan terpecah menjadi remah-remah kecil. Rasio jumlah plastik terhadap ikan di lautan diperkirakan pada 2025 adalah 1:3. Akan tetapi, pada 2050 diprediksi jumlah sampah plastik akan lebih banyak dibandingkan jumlah ikan di laut atau di sungai.  

Beberapa pendapat ahli menyebutkan bahwa solusi yang dapat dilakukan adalah mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai dan melakukan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) serta penambahan tempat sampah 3R di setiap kelurahan hinga ke tingkat RT. Supaya masyarakat tersosialisasikan dengan tepat terhadap sampah plastik.

Hal ini perlu sosialisasi dan gerakan massif dan menggunakan anggaran yang tidak sedikit. Seorang ahli, dari kelompok keahlian pengelolaan udara dan limbah Institut Teknologi Bandung (ITB), menyebutkan metode penyisihan MPs dalam IPAM dengan teknik rapid sand filter dan slow sand filter, tujuanya adalah saringan pasir cepat dilakukan untuk mengurangi padatan tersuspensi dan tingkat kekeruhan. Penambahan karbon aktif di atas media pada filter bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penurunan bau, kekeruhan, senyawa organik dan rasa.

Menurut Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi, kandungan mikroplastik terbanyak diketahui ada pada lokasi sungai Martapura tepat didepan Patung bekantan yaitu sebanyak 125 partikel mikroplastik (PM) per 100 liter. Sampel diambil dibeberapa titik Sungai Martapura medio 26 Agustus -1 September 2022 lalu. Foto: jpnn.

Ilmuwan lain berpendapat, Plymouth Marine Laboratory (PML) belum lama ini menggelar serangkaian percobaan terhadap hewan kerang remis (kepah) yang berpotensi bisa membersihkan mikroplastik di lautan.

Kepah adalah mahluk yang menarik. Alat penyaring sekaligus tempat masuk makanan kerang-kerangan ini tak pernah berhenti bekerja. Alhasil, bisa melakukan hal yang menakjubkan, yaitu mampu menyedot mikroplastik berukuran lebih kecil dari 5 milimeter.

Remis mendapatkan makanan dengan cara menyaring air laut. Makanan utamanya adalah plankton dan nutrisi renik. Bila ada partikel lain yang masuk seperti mikroplastik, maka sistem pencernaan akan mengeluarkannya tanpa mencederai hewan lunak ini.

Dikutip dari Intelligentliving, tim dari PML dalam misi melihat sejauh mana keberadaan remis dan kerang ini bisa berdampak pada polusi mikroplastik di laut. Menurut EPA, seekor remis dan kerang dewasa dapat menyaring 15 galon air per hari. Sementara kumpulan kerang dan remis sejauh 6 mil bisa menyaring 25 ton partikel per tahun.

PML mulai menguji seberapa efektif remis menyingkirkan mikroplastik dari air laut menggunakan desain saluran tanki khusus di mana mengandung phytoplankton dan mikroplastik. Hasil eksperimen ini memperlihatkan 300 remis (seberat 5 kg) dapat menyaring lebih dari 250.000 mikroplastik dalam satu jam.

Proyek ini didanai oleh Waitrose ‘Plan Plastic’, sebuah program hibah untuk solusi pembersihan plastik. Bahkan Professor Pennie Lindeque, Kepala Ilmu Sains Ekologi Kelautan dan Keragaman Hayati mengatakan, “Pengujian sejauh ini memiliki hasil yang sangat menjanjikan, sehingga kami sangat bersemangat mengetahui hasilnya yang berdampak positif terhadap wilayah estuari (badan air setengah tertutup di wilayah pesisir dari sungai yang mengalir ke laut terbuka). Terutama di tempat-tempat  di mana mikroplastik terakumulasi seperti marina, pelabuhan, atau dekat pengolahan limbah air.”  

Beberapa waktu lalu, laporan Januari 2022,  Khatulistiwa Project bersama enam  borneo warriors lainnya melakukan penelitian sederhana mengenai mikroplastik yang ada di kerang kepah (Polymesoda erosa) di kawasan mangrove sungai peniti kabupaten Mempawah.

Ternyata pada kerang kepah di perairan Sungai Peniti mengandung mikroplastik yang berada di saluran pencernaan dapat pula terangkut kebagian jaringan kerang kepah lainnya melalui sistem sirkulasi terbuka. Mikroplastik juga mengaborbsi polutan yang ada di sekitarnya seperti logam berat. Pada keadaan tertentu tubuh kerang kepah tidak aman untuk dikonsumsi manusia.

Kajian Biosprospeksi Kerang Kapah

Bioprospeksi atau bioprospection/biological prospection mulai diperkenalkan Walter V. Reid dan tim sejak 1993, dalam bukunya berjudul: Biodiversity Prospecting: Using Genetic Resources for Sustainable Development.

Bioprospeksi berupa serangkian tindakan penelusuran, klasifikasi, dan investigasi secara sistematik produk yang berguna seperti senyawa kimia baru, bahan aktif, gen, protein, serta informasi genetik lain untuk tujuan komersil dengan nilai ekonomi aktual dan potensial yang ditemukan dalam keragaman hayati.

Tujuannya adalah untuk mencapai sasaran pembangunan berkelanjutan karena dapat melindungi dan melestarikan hutan, keanekaragaman hayati, serta melindungi kearifan lokal masyarakat sejak zaman nenek moyang kita.

Upadhyay dan Singh [2021] menyebut bioprospeksi sebagai nutraceutical value, yaitu nilai yang terkandung dalam zat makanan atau bagian dari makanan yang memberikan manfaat medis atau kesehatan, termasuk pencegahan dan perawatan penyakit. Bahkan kajian bioprospeksi juga melingkupi bioteknologi, eko-teknologi dan berbagai ilmu multidisipliner yang tergabung di dalamnya.

Bioprospeksi pada hewan kerang kapah, berpotensi untuk dibiakan, sebab selain bernilai ekonomis dan menjaga tradisi budaya  lokal, juga menjawab tantangan pencemaran lingkungan mikroplastik.

Data ekonomi Kalimantan Selatan tidak secara spesifik menyebutkan tentang produksi kapur kapah ini, hanya saja dikutip dari antaranews.com bahwa setiap tahun meningkat untuk keperluan di Kalimantan bahkan di kirim ke Pulau Jawa.

Pengrajin kapur Pulau Sugara, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala (Batola) Kalsel. Foto: TribunBatola.com

Penulis mendatangi pembuatan kapur ini, setiap hari mereka dapat berproduksi hampir 100 kilogram. Artinya, sebulan lebih dari 3 ton. Liputan.com juga menyebutkan dalam satu hari, satu rumah usaha mampu menghasilkan tiga hingga empat ember kapur, masing-masing seberat 25 kilogram.

Satu embernya dijual pada pengepul seharga Rp 65 ribu (2018) saat ini harganya lebih Rp 100 ribu (2023). Namun biasanya kapur kerang dikumpulkan dulu minimal 300 kg sebelum dijual. Dalam dua minggu, omzet yang dihasilkan pun bisa mencapai Rp 30 juta.

Sementara hasil pantauan toko  online setiap kemasan kapur kering dijula seharga Rp10 ribu per kilogram sampai Rp13 ribu. Penghasilan keluarga yang lebih besar dari gaji pegawai ASN/TNI/Polri perbulannya. Sangat fantastis.

Saat ini para pembuat kapur sedang kesulitan bahan cangkang kapah, dulu biasa di kirim dari Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar atau Tabunganen, Kabupaten Barito Kuala. Namun sekarang justru harus datangkan dari Sampit, Kuala Pembuang, Mempawah dari Kalimantan Tengah.

Dalam produksi 1 kilogram terdiri dari 10 sampai 13 kapah (setangkup cangkang) hanya menghasilan maksimal 150 gram kapur, atau 7 kilogram kapah menghasilkan kapur 1 kilogram, perbandingan 7:1. Bila menghasilkan 3.000kg kapur, maka diperlukan 21 ribu ekor kapah. Seharusnya masih bisa dibiakkan di perairan Kalimantan Selatan.

Oleh karena itu, perlu kerjasama intensif tiga Kabupaten yang potensial untuk membudidayakan kerang kapah yaitu Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah laut dan Kabupaten Barito Kuala, serta kota Banjarmasin yang sungainya telah tercemar akut. Salah satu solusi untuk mendegradasi polusi mikroplastik adalah dengan kerang kapah ini.

Apakah kerang kapah masih aman untuk dikonsumsi? Khusus untuk kerang kapah yang dimakan, memang belum ada seorang pun yang sepenuhnya memahami dampak penuh mikroplastik pada tubuh manusia. Tetapi bukti awal dari penelitian lain menunjukkan bahwa mikroplastik memang menyebabkan kerusakan.

Hal ini disebutkan oleh kata peneliti studi, bernama Evangelos Danopoulos, mahasiswa pascasarjana di Hull York Medical School, seperti dikutip rri.co.id dari Physorg, Kamis (24/12/2020).  Hasil penelitian menunjukkan kandungan mikroplastik adalah 0-10,5 mikroplastik per gram (MP/g) pada moluska, 0,1-8,6 MP/g pada krustasea, 0-2,9 MP/g pada ikan.

Data konsumsi terbaru dalam penelitian tersebut menunjukkan bago negara-negara: Cina, Australia, Kanada, Jepang, dan AS termasuk di antara konsumen moluska terbesar, diikuti Eropa dan Inggris, termasuk Indonesia dan negara Asia lainnya. Singkatnya memang daging kapah menjadi toksik.

Sebagai penutup, penulis menilai "Gerakan Kerang Kapah" perlu jadi tindakan pemberdayaan yang segera dilaksanakan. Selain tidak memakan biaya besar, cukup insentif bagi kelompok komunitas, maka Pemerintah Daerah setempat akan menggairahkan ekonomi kapur kapah. Kenalkan kembali anak muda pada tradisi bahari dengan membudidayakan kapah ini. Selain bernilai ekonomis, budaya dan solusi pencemaran lingkungan, juga dapat mengenali kembali biodiversity yang bermanfaat.

Selain itu, kontemplasi terhadap masalah manusia dan alam, kita kembalikan pada puluhan ayat dalam Al Quran menyebutkan tentang makhluk dan manfaat yang hidup di darat, atau di laut dan di sungai, salah satunya surah Al Fathir (35) ayat 12, “Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur”.

Tuhan, melalui alam ciptaan-Nya sudah menyediakan segala obat dan cara untuk menjawab problem yang telah diciptakan manusia, tinggal manusia saja menentukan ikhtiarnya.

Bahkan dalam sebuah pepatah lama tentang kerang penghasil mutiarajadilah kerang mutiara, awalnya berjuang dulu melawan rasa sakit, lalu menghasilkan sesuatu yang berharga. Bahkan seekor tubuh lemah kerang kapah, seluruh tubuhnya rela bersakit-sakit mengabsorbsi sampah mikroplastik untuk membersihkan sungai yang kotor, lalu mengeluarkan dalam bentuk sekret atau kotoran bermanfaat untuk pupuk tanaman mangrove.

Semoga kita bukan makhluk yang lalai lagi dan membiarkan sungai-laut tercemar dan kita jadi pesakitan.  Mahilung kapur kapah melimpah, kita sehat dan cantik, bahkan mikroplastik terdegradasi. Semoga.

*Sri Naida, Alumni Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada, Koordinator Ambin Batang Sastra-Bio Kalsel

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev