Cerpen: Malam Takbiran

Banuaterkini.com - Selasa, 9 April 2024 | 17:08 WIB

Post View : 3

“Dari mana kamu?” Abah bertanya sembari menahan batuk. “Kenapa lama?” Batuk Abah semakin bertambah-tambah.

“Bah, airnya,” aku memberikan segelas air putih hangat ke Abah.
Sambil menggeleng, Abah mengulang pertanyaannya, “Kamu dari mana?”

Anang membantu menjelaskan, sementara aku pura-pura sibuk menyiapkan obat. Aku tahu, Abah akan marah besar jika tahu aku dari mana.

“Kurangajar. Jadi kau ambil uang dari mereka, Asep…?!!!” Aku terlonjak kaget dan hampir menumpahkan bungkusan obat yang ada di pangkuanku. “Apa kata Abah tentang mereka? Berapa kali Abah bercerita tentang mereka?”

“Lebih dari lima kali, Bah,“ jawabku terbata-bata ketakutan.

“Hayo, jawab. Apa kata Abah tentang mereka? Jawab sekarang!!!” suara Abah semakin meninggi, sebentar-bentar batuknya datang.

“Pak Rusdi penipu rakyat. Kerjanya memeras. Dia suka mengatasnamakan rakyat. Dia gemar menyogok. Pak Kusnanto pelaku penebangan liar di Hutan Meratus, yang mengakibatkan banjir di beberapa tempat. Mereka…” Aku tidak sempat melanjutkan ceritaku. Aku terloncat panik, melihat Abah muntah-muntah. Dan banyak darah di muntahannya itu.

“Abah, Abah, minum obatnya. Minum, Bah,” dengan panik aku menjejalkan obat ke mulut Abah. Anang tampak bingung dan ikut mengguncang-guncang badan Abah.

“Tidak, aku tidak mau makan obat dari uang ha….ram…,” Abah diam, lemas, kemudian tidak bergerak-gerak lagi.

“Abah…!!! Abah ….!!! Kenapa diam…!!!” aku semakin panik dan takut dan mengguncang-guncang tubuh Abah. Tapi Abah diam, kaku, tak bergerak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev