Menggunakan figur publik yang mereka percayai—seperti influencer keuangan Fellexandro Ruby atau Ligwina Hananto, misalnya—dapat membantu menyampaikan pesan bahwa perbankan dan keberlanjutan itu penting.
Generasi muda adalah pemimpin masa depan, tetapi mereka hanya akan berhasil jika mampu menavigasi kompleksitas dunia yang berubah dengan cepat.
Transformasi digital memberikan alat, tetapi tidak akan cukup tanpa pembentukan nilai dan kompetensi.
Menurut laporan PwC (2023), perusahaan di Indonesia mulai mencari pemimpin muda yang tidak hanya melek teknologi tetapi juga memiliki kemampuan untuk memimpin perubahan.
Digitalisasi menjadi bagian penting dari pengembangan keterampilan ini.
Bank dan institusi keuangan lainnya dapat berperan dalam memberikan pelatihan langsung, seperti bootcamp atau pelatihan kepemimpinan berbasis teknologi.
Dalam survei yang dilakukan Deloitte (2022), 75% Gen Z menyatakan bahwa mereka ingin bekerja di perusahaan yang memiliki nilai keberlanjutan.
Bank Mandiri dan institusi lainnya dapat menggunakan ini sebagai peluang untuk membangun narasi tentang pentingnya keberlanjutan, baik dalam keputusan keuangan individu maupun dalam kepemimpinan.
Budaya swipe—dari memilih pasangan hingga belanja—telah membentuk generasi ini. Semuanya instan.
Tapi, pertanyaannya adalah: apakah generasi ini hanya akan berhenti di sana?