Dikatakan Adam, dalam daftar nama yang beredar, ada sejumlah wartawan yang disebut dengan istilah 'Wartawan Bodrex'.
Padahal, lanjut Adam, wartawan yang disebut dengan istilah yang mengandung konotasi negatif tersebut adalah mereka yang biasa melakukan liputan dan kerjasama dengan Polda Kalsel.
Salah satu jurnalis yang disebut dengan sebutan 'wartawan Bodrex' adalah Risanta. Risanta sendiri tercatat sebagai wartawan senior dan merupakan Dewan Pakar SMSI.
"Secara kelembagaan, kita (SMSI) sudah mendengar keterangan dari sejumlah wartawan yang meliput acara (saat kejadian). Dan melalui rapat ini kita akan melayangkan surat kepada yang bersangkutan untuk melakukan klarifikasi dan permintaan maaf secara terbuka," tegas Adam.
Ia menambahkan, pihaknya juga meminta bisa segera dipertemukan yang oknum Humas Polda Kalsel, agar masalah dugaan pelecehan profesi wartawan yang terjadi cepat tuntas.
Sementara itu, ahli Dewan Pers, Risanta meminta kepada semua pihak agar menjadikan peristiwa tersebut sebagai proses pembeljaran bagi wartawan sendiri maupun bagi mitra wartawan.
Santa, juga meminta para wartawan untuk tidak membeda-bedakan wartawan dengan istilah yang kurang pantas dan berkonotasi negatif seperti wartawan bodrex.
Pasalnya, menurut Santa, pada saat liputan di lapangan wartawan adalah mitra, sebagai penyambung lidah dan penyalur informasi kepada masyarakat.
"Jangan membeda-bedakan lagi, dari media manapun, atau wartawan mana pun, ketika di lapangan meliput acara itu sebagai rekan kerja atau mitra, karena wartawan sebagai penyambung lidah masyarakat," ujar dia.
Santa juga menambahkan, wartawan itu memiliki tugas mulia yaitu sebagai pembawa informasi, edukasi dan kontrol sosial.