Oleh: Sri Naida
Bahkan untuk mengenang semua kiprah keberagamaannya, setiap tahun jutaan tamu datang dari berbagai penjuru tanah air hingga menca negara untuk memperingati peristiwa tersebut.
Kali ini opini Biosprospeksi tidak sekadar membahas dua peristiwa penting itu, melainkan salah satu sisi hidup seorang ulama kharismatik yaitu kisah Guru Sekumpul yang selama hidupnya tak banyak yang tahu, sebenarnya dia membiasakan diri hidup sederhana. Bahkan untuk makan saja ia rela makan gedebok atau ampulur gadang pisang.
Sesuatu yang jarang dilakukan oleh warga kebanyakan. Rupanya inilah rahasia sehat sang Waliuyah, semasa hidupnya yang sederhana dan penuh juhud. Kisah yang jarang didengar para pencintanya ini pernah dituturkan salah seorang muridnya yang kini juga melanjutkan perjuangannya berjuang di jalan dakwah. Dia dalah Tuan Guru Busu atau yang dikenal dengan nama KH Qomaruddin.
Benarkah, ampulur atau hati batang pisang sesederhana itu? Mengapa seorang ulama besar justru memilih panganan itu sebagai salah satu cara memenuhi hajat perutnya. Nah, berikut ini akan kita cek ada cerita apa tentang si batang pisang.
Ternyata panganan favorit Guru Sekumpul ini, sejak tahun 2010-an telah dijual dan sangat mahal di sejumlah negara lain. Pada laman Amazon, bubuk atau tepung batang pisang segar dijual rata-rata di angka 24 dolar AS atau setara Rp327 ribu per 300 gram.
Sementara, laman Laksmistore menjual sepotong batang pisang seharga 3,50 poundsterling atau setara dengan Rp50 ribu. Demikian pula, sebatang pohon pisang dijual di Hornbill Asian Market Amerika serikat seharga sekitar 85 ribu.
Artinya ada dua produk jadian dari pohon pisang: empulur batang pisang dan tepung batang pisang. Pertanyaannya adalah, mengapa di luar negeri sangat mahal? Sementara di kampung sendiri seakan tidak berharga, bahkan terbuang percuma?