RANS303 INDOSEVEN RANS303

Home » Opini

Kapur Kamper yang Hilang, Tanaman Endemik Kalimantan yang Disebut dalam Qur’an

Redaksi - Minggu, 18 September 2022 | 15:28 WIB

Post View : 80

Kapur barus sebagai produk asli nusantara. @MONGABAY.co.id/Naida.

Namun dunia seakan jungkir balik, trend sejak abad ke-20, sejak langkanya kamper dari tumbuhan, saat ini telah jamak dijual kamper yang terbuat bahan sintetik atau senyawa kimia. Sedikitnya ada 2 zat kimia berbahaya terkandung di dalamnya, yaitu naftalen dan para-diclorobenzema.

Kamper sintetik dari bahan kimia untuk penghilang bau busuk, namun tetap sangat berbahaya bagi kesehatan.

Kamper sering digunakan untuk menghilangkan bau, mencegah jamur, mencegah kelembapan, sampai mengusir ngengat. Kamper yang diletakkan di dalam lemari pakaian, juga dapat membuat baju lebih awet dan tetap harum walau disimpan cukup lama. Kamper juga berfungsi menjaga aksesori tetap awet dari kerusakan. Alasannya murah dan mudah di dapatkan di pasaran.

Mengapa kapur barus kamper ini sangat penting dan tertulis dalam Al Qur’an bahkan sebagai campuran minuman?

 Jauh sebelum Islam yang diajarkan oleh Muhammad Rasulullah hadir yaitu pada abad ke-8 Masehi, dalam literatur di sebutkan kapur kamper sudah di gunakan sejak zaman Kerajaan Mesir yaitu rajanya Fir’aun pada tahun 3150 Sebelum Masehi, berguna untuk mengawetkan tubuh mati atau mayat, selain wangi yang khas juga kamper ini anti rayap.

Kapur kamper menjadi terkenal, terutama yang berasal dari dari wilayah Asia, terutama Kapur dari Baru, Tapanuli, Sumatera dan Kapur di Kalimantan. Dalam perjalanan Silk Road, pedagang China sejak abad ke-4 Masehi telah membawa ke benua Afrika, Asia dan Eropa, maka komoditas kapur ini menjadi primadona dan bernilai sangat tinggi. Hal ini berasal tulisan seorang dokter Yunani yang tinggal di Mesopotamia, bernama Actius (502-578 M).

Sementara itu, kronik Dinasti Liang (502-557) di Cina mengaitkan kamper dengan satu daerah yang nanti dikenal dengan Barus. Namun barus sendiri telah diyakini di bawa oleh orang Nusantara sendiri ke Afrika melalu pelayaran, sebab terkenal sebagai bangsa bahari yang sudah berlayar dengan kapal bercadik sejak 242 sebelum Masehi, apalagi terbukti adanya jejak Orang Borneo/Banjar/Dayak di Madagaskar, Afrika.

Istilah kamper sendiri berasal dari berbagai bahasa, namun di yakin, berdasar catatan tertua tentang Barus ditulis oleh Ptolomaeos, seorang filsur Alexandria abad pertama M. Jika benar bahwa Barus yang disebut Ptolomaeos adalah daerah penghasil kapur atau kamper, bisa dipastikan bahwa kapur (dari) Barus sudah dikenal setidaknya sejak abad pertama Masehi, bahkan di Afrika sana.

Selain itu terutama dari tulisan para ilmuwan Arab (Muslim) abad ke-8-9 M, diketahui bahwa kapur digunakan juga untuk obat-obatan dan wewangian. Ibnu Sina, misalnya, menguraikan secara rinci tentang bagaimana kapur barus digunakan sebagai obat dan wewangian, lengkap dengan cara menyuling kapur barus itu sendiri (Claude Guillot dkk., 2000). Uraian para ilmuwan Muslim ini tentu saja menunjukkan arti penting dan kegunaan kapur barus, yang membuatnya jadi barang komoditas paling dicari di dunia pada masa itu.

Sesudah Al Quran menyebut nama kapur barus, maka menjadi sesuatu yang istemwa dan kemewahan, bagi orang-orang di Timur Tengah. Tidaklah mengherankan kalau Al-Qur’an menggunakan istilah (kâfûr) tersebut untuk menggambarkan keistimewaan dan kemewahan minuman orang-orang shaleh di akhirat.

Di sini, Al-Qur’an tidak menggunakan istilah kâfûr dalam kegunaan praktisnya, melainkan dalam nilai simboliknya. Berkat kapur inilah, Barus jadi daerah terkenal, setidaknya sejak abad ke-4 dan terutama pada abad ke-7. Barus bahkan tetap terkenal hinggga beberapa abad kemudian ketika daerah itu merosot sebagai pusat niaga dunia, dan mungkin merosot pula sebagai daerah penghasil kapur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev