Home » Opini

Kerang Kapah si Predator Mikroplastik Air dan Kearifan Lokal Masyarakat Berangas

Banuaterkini.com - Kamis, 23 Februari 2023 | 14:17 WIB

Post View : 179

Kerang kapah (olymesoda erosa).

Sedangkan mikro sekunder yang berasal dari penguraian sampah plastik di lautan. Mikroplastik dapat ditelan oleh organisme-organisme hingga akhirnya mengalami bioakumulasi pada predator puncak, termasuk manusia. Pada rantai makanan, mikroplastik juga di makan oleh organisme seperti kapah. Artinya kapah membantu membersihkan lingkungan dari mikroplastik.

Kantor Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Innovasi Nasional (BRIN), merilis hasil monitoring sampah plastik ukuran mikroskopik (mikroplastik) semasa pandemi dalam jurnal Marine Pollution.

Dalam Bulletin yang berjudul “Seasonal heterogeneity and a link to precipitation in the release of microplastic during COVID-19 outbreak from the Greater Jakarta area to Jakarta Bay, Indonesia”, disebutkan bahwa peningkatan mikroplastik bentuk benang yang terindikasi memiliki bentuk asal dan jenis komposisi kimia yang sama dengan masker medis. 

Sebelumnya, hanya kandungan mikroplastik hanya berkisar 3%, tetapi setelah pandemi Covid-19 pertama di Indonesia, proporsi mikroplastik tersebut meningkat 10 kali lipat pada Desember 2020. Artinya di masa pandemic penyumbang terbesar untuk buangan sampah plastik, hingga menjadi mikroplastik.

Masyarakat Banjarmasi dan sekitarnya harus waspada pada jenis ikan yang mengandung banyak mikroplastik

Laporan untuk Kota Banjarmasin, pada September 2022, disebutkan perlu lebih banyak data untuk lebih mudah membandingkan. Para peneliti mengatakan lebih banyak data diperlukan dari berbagai belahan dunia untuk memahami bagaimana masalah tersebut bervariasi di antara samudra, laut, dan saluran air yang berbeda.

Tingginya tingkat cemaran mikroplastik yang terdapat pada berbagai jenis ikan di Sungai Kuin, Sungai Martapura dan Sungai Barito membuat kekhawatiran di masyarakat.

Pasalnya, berdasarkan temuan para peniliti yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Sungai Nusantara dan Perkumpulan Telapak Kalimantan Selatan menemukan 10 spesies ikan yang banyak dikonsumsi masyarakat rata-rata mengandung mikroplastik 53 partikel mikroplastik per ekor.

Dari 10 ekor sampel ikan dalam penelitian yang dilakukan sejak 26 Agustus hingga 1 September 2022 itu di antaranya ikan Patung, Seluang, Tembubuk, Lompok, Lais, Nila, Puyau, Sili-sili, Handungan dan Ikan Senggiringan. Yang paling parah, ikan Lais merupakan satu jenis ikan air tawar yang paling banyak kadar mikroplastiknya. Hal itu dikarenakan kandungan mikroplastik di lambungnya sebesar 135 partikel. Sangat disayangkan tidak ada riset pada hewan kerang yang sebenarnya jadi indikator lingkungan baik air tawar maupun air laut, sebab hewan ini berada di pesisir mangrove.

Mikroplastik yang ada di sepanjang sungai Barito dan Sungai Martapura ini, berasal dari hasil pemecahan sampah plastik seperti tas kresek, styrofoam, botol plastik, sedotan, alat penangkap ikan, popok dan sampah plastik lainnya yang dibuang di aliran sungai.

Karena paparan sinar matahari dan pengaruh fisik pasang surut, maka sampah plastik ini akan rapuh dan terpecah menjadi remah-remah kecil. Rasio jumlah plastik terhadap ikan di lautan diperkirakan pada 2025 adalah 1:3. Akan tetapi, pada 2050 diprediksi jumlah sampah plastik akan lebih banyak dibandingkan jumlah ikan di laut atau di sungai.  

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev