Home » Opini

Kerang Kapah si Predator Mikroplastik Air dan Kearifan Lokal Masyarakat Berangas

Banuaterkini.com - Kamis, 23 Februari 2023 | 14:17 WIB

Post View : 179

Kerang kapah (olymesoda erosa).

Kajian Biosprospeksi Kerang Kapah

Bioprospeksi atau bioprospection/biological prospection mulai diperkenalkan Walter V. Reid dan tim sejak 1993, dalam bukunya berjudul: Biodiversity Prospecting: Using Genetic Resources for Sustainable Development.

Bioprospeksi berupa serangkian tindakan penelusuran, klasifikasi, dan investigasi secara sistematik produk yang berguna seperti senyawa kimia baru, bahan aktif, gen, protein, serta informasi genetik lain untuk tujuan komersil dengan nilai ekonomi aktual dan potensial yang ditemukan dalam keragaman hayati.

Tujuannya adalah untuk mencapai sasaran pembangunan berkelanjutan karena dapat melindungi dan melestarikan hutan, keanekaragaman hayati, serta melindungi kearifan lokal masyarakat sejak zaman nenek moyang kita.

Upadhyay dan Singh [2021] menyebut bioprospeksi sebagai nutraceutical value, yaitu nilai yang terkandung dalam zat makanan atau bagian dari makanan yang memberikan manfaat medis atau kesehatan, termasuk pencegahan dan perawatan penyakit. Bahkan kajian bioprospeksi juga melingkupi bioteknologi, eko-teknologi dan berbagai ilmu multidisipliner yang tergabung di dalamnya.

Bioprospeksi pada hewan kerang kapah, berpotensi untuk dibiakan, sebab selain bernilai ekonomis dan menjaga tradisi budaya  lokal, juga menjawab tantangan pencemaran lingkungan mikroplastik.

Data ekonomi Kalimantan Selatan tidak secara spesifik menyebutkan tentang produksi kapur kapah ini, hanya saja dikutip dari antaranews.com bahwa setiap tahun meningkat untuk keperluan di Kalimantan bahkan di kirim ke Pulau Jawa.

Pengrajin kapur Pulau Sugara, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala (Batola) Kalsel. Foto: TribunBatola.com

Penulis mendatangi pembuatan kapur ini, setiap hari mereka dapat berproduksi hampir 100 kilogram. Artinya, sebulan lebih dari 3 ton. Liputan.com juga menyebutkan dalam satu hari, satu rumah usaha mampu menghasilkan tiga hingga empat ember kapur, masing-masing seberat 25 kilogram.

Satu embernya dijual pada pengepul seharga Rp 65 ribu (2018) saat ini harganya lebih Rp 100 ribu (2023). Namun biasanya kapur kerang dikumpulkan dulu minimal 300 kg sebelum dijual. Dalam dua minggu, omzet yang dihasilkan pun bisa mencapai Rp 30 juta.

Sementara hasil pantauan toko  online setiap kemasan kapur kering dijula seharga Rp10 ribu per kilogram sampai Rp13 ribu. Penghasilan keluarga yang lebih besar dari gaji pegawai ASN/TNI/Polri perbulannya. Sangat fantastis.

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev