Home » Opini

Kerang Kapah si Predator Mikroplastik Air dan Kearifan Lokal Masyarakat Berangas

Banuaterkini.com - Kamis, 23 Februari 2023 | 14:17 WIB

Post View : 179

Kerang kapah (olymesoda erosa).

Saat ini para pembuat kapur sedang kesulitan bahan cangkang kapah, dulu biasa di kirim dari Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar atau Tabunganen, Kabupaten Barito Kuala. Namun sekarang justru harus datangkan dari Sampit, Kuala Pembuang, Mempawah dari Kalimantan Tengah.

Dalam produksi 1 kilogram terdiri dari 10 sampai 13 kapah (setangkup cangkang) hanya menghasilan maksimal 150 gram kapur, atau 7 kilogram kapah menghasilkan kapur 1 kilogram, perbandingan 7:1. Bila menghasilkan 3.000kg kapur, maka diperlukan 21 ribu ekor kapah. Seharusnya masih bisa dibiakkan di perairan Kalimantan Selatan.

Oleh karena itu, perlu kerjasama intensif tiga Kabupaten yang potensial untuk membudidayakan kerang kapah yaitu Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah laut dan Kabupaten Barito Kuala, serta kota Banjarmasin yang sungainya telah tercemar akut. Salah satu solusi untuk mendegradasi polusi mikroplastik adalah dengan kerang kapah ini.

Apakah kerang kapah masih aman untuk dikonsumsi? Khusus untuk kerang kapah yang dimakan, memang belum ada seorang pun yang sepenuhnya memahami dampak penuh mikroplastik pada tubuh manusia. Tetapi bukti awal dari penelitian lain menunjukkan bahwa mikroplastik memang menyebabkan kerusakan.

Hal ini disebutkan oleh kata peneliti studi, bernama Evangelos Danopoulos, mahasiswa pascasarjana di Hull York Medical School, seperti dikutip rri.co.id dari Physorg, Kamis (24/12/2020).  Hasil penelitian menunjukkan kandungan mikroplastik adalah 0-10,5 mikroplastik per gram (MP/g) pada moluska, 0,1-8,6 MP/g pada krustasea, 0-2,9 MP/g pada ikan.

Data konsumsi terbaru dalam penelitian tersebut menunjukkan bago negara-negara: Cina, Australia, Kanada, Jepang, dan AS termasuk di antara konsumen moluska terbesar, diikuti Eropa dan Inggris, termasuk Indonesia dan negara Asia lainnya. Singkatnya memang daging kapah menjadi toksik.

Sebagai penutup, penulis menilai "Gerakan Kerang Kapah" perlu jadi tindakan pemberdayaan yang segera dilaksanakan. Selain tidak memakan biaya besar, cukup insentif bagi kelompok komunitas, maka Pemerintah Daerah setempat akan menggairahkan ekonomi kapur kapah. Kenalkan kembali anak muda pada tradisi bahari dengan membudidayakan kapah ini. Selain bernilai ekonomis, budaya dan solusi pencemaran lingkungan, juga dapat mengenali kembali biodiversity yang bermanfaat.

Selain itu, kontemplasi terhadap masalah manusia dan alam, kita kembalikan pada puluhan ayat dalam Al Quran menyebutkan tentang makhluk dan manfaat yang hidup di darat, atau di laut dan di sungai, salah satunya surah Al Fathir (35) ayat 12, “Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur”.

Tuhan, melalui alam ciptaan-Nya sudah menyediakan segala obat dan cara untuk menjawab problem yang telah diciptakan manusia, tinggal manusia saja menentukan ikhtiarnya.

Bahkan dalam sebuah pepatah lama tentang kerang penghasil mutiarajadilah kerang mutiara, awalnya berjuang dulu melawan rasa sakit, lalu menghasilkan sesuatu yang berharga. Bahkan seekor tubuh lemah kerang kapah, seluruh tubuhnya rela bersakit-sakit mengabsorbsi sampah mikroplastik untuk membersihkan sungai yang kotor, lalu mengeluarkan dalam bentuk sekret atau kotoran bermanfaat untuk pupuk tanaman mangrove.

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

BANNER 728 X 90-rev